Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pulang

10 Januari 2019   22:39 Diperbarui: 10 Januari 2019   22:40 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejak itu Ira terobsesi dengan merpati, yang berwujud mendua, antara pemuasan dendam dan suicide, menantang merpati menyemburkan virus keotaknya seperti yang  selama ini diyakini. Dan Ira akan melawannya habis habisan  merubuhkan dalil di kematian anaknya dahulu.

***

Mentari menurun, warna amber, merah marun sinarnya, bergaris garis menepis wajah.  Ira masih terduduk. Hampir genap dua puluh satu tahun Ira masih setia menyambangi taman. Waktu yang berjarak  larut telah membuatnya mendamaikan dirinya, pula berdamai dengan burung burung merpati yang  sudah keberapa kali beralih generasi. Sementara burung burung tetaplah merpati, bergeruk geruk, berputar putar dengan temboloknya berkembang kempis. Wara wiri  merpati di seputar tungkai dan kedua sikunya yang  rupanya tidak sigap lagi.

 Ira sekonyong merasa, raganya lemah dan letih.

Dia merasakan dingin lalu mengenakan baju hangatnya.

"Sudah waktunya pulang" Ira menggumam, sementara merpati merpati serentak mengangguk angguk memberi isyarat bahwa sudah tak tersisa lagi pengunjung  taman lain.

 Sesaat Ira beranjak, seorang gadis semampai tiba tiba hadir dengan langkah seringan kapas, menyita ruang bangku kayu, tepat disisi dia berdiri. Gadis itu mengibaskan tangannya kegerahan, layaknya sehabis menempuh jarak.

"Ibu mau pulang?" tanyanya renyah, matanya berbinar, senyumnya mengembang memikat.

" Ya, ibu mau pulang, nak" Ira mengangguk sembari mengerling. Cantik, pikirnya.

Tanpa aba aba mereka saling mengalirkan pandangan, begitu dekat, rasanya seperti pernah mengenal di silam. Ira terdelusi deja vu.

Seandainya saja princess kecilnya masih hidup, pasti sekarang tumbuh serupa dengan gadis elok dihadapannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun