Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Dian Pramana Poetra, Selamat Jalan

31 Desember 2018   00:11 Diperbarui: 31 Desember 2018   00:22 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Instagram/Dian Pramana Poetra/@yuliazars_Indonesia)

Desember 1988 yang dingin, diudara yang humid dan baris hujan yang rapat dan aspal jalan yang selalu basah. Dimasa itulah suara "Masih Ada" merebak. Menggeser kuasa lapisan masif irama forte Iwan Fals, Dewa19 dan Gigi, sedikit kebelakang.

Dian Praman Poetra sang putra kerajaan bersuara merdu, bersama Deddy Dhukun, meretas disetiap speaker pintu pintu outlet musik dengan alunan  chic, tipis, keset dan jazzy, teraransir oleh dominasi keyboard dan akustik gitar yang bening.

Akupun beku selintas, menikmati melodi yang tak biasa dari sosok Dian PP yang high class yang pernah kudengar sebelumnya. Lagu ini terasa easy listening, indah, ramah menyapa buat didengar ketika hati sendiri. Seketika lagu "Masih Ada" berlalu, aku masih terpatri seperti menagih lagu diulang kembali.

Membuatku berjejak masuk kedalam gerai  dan serta merta membeli dua kotak kaset bersampul sketsa wajah 2D dalam embose berwarna merah berlatar persegi warna kuning. Satu kaset kubeli untukku sendiri dan satu lainnya buat pacarku. Memang di periode itu belum lahir CD atau boro boro USB.

Selanjutnya aku banyak memutar kaset itu bolak balik. Lagu pertama side A, "Masih Ada" yang, jika langsung dibalik masuk ke lagu akhir side B dengan lagu "Sementara Berpisah"  feat Malyda, salah satu penyanyi wanita berkelas dengan vokal ekspresif  berbeat alto tipis mirip Barbra Streisand. Kedua lagu itu sangat enak didengar, terlebih "Masih Ada"  yang kelak menjelma menjadi lagu indah sepanjang masa.

***

Di ujung tahun ini, direbah malamnya  Kamis  27 Desember 2018, sang pangeran berpulang, dirumahnya, di jalanan Tebet yang tenang, rimbun dan sejuk. Bumi musik seakan berhenti sejenak, memberi ruang kepada Prince of Melody, untuk menghormati nada indahnya  "Melayang " kelangit "Biru".

Sang Maestro Nada berwajah tampan dengan sinar mata teduh dan senyum menawan, biasa duduk dengan stylish mendekap gitar akustik, yang lalu memetiknya lewat jemari mahir lentiknya. Dilawasnya  memang Dian PP adalah pelantun yang disebagian besar pagelarannya selalu berbusana fesyen pekat berkerah lekat berbiku,  rambut terbelah tengah tergerai sebahu dan berkumis halus.  Suatu performa seperti beatles atau bisa juga seperti Yudistira sosok Pandawa yang halus budi dan intelektual.

Dian kerap menyapa disetiap stagenya, friendly dan humor tidak garing apalagi bosan, warna bicaranya sama dengan warna suaranya saat beliau bernyanyi, merdu, tipis, jazzy serak semriwing.

Wajah kemayu dan tutur kata yang sabar dan cool Dian, bisa melenakan seluruh penggemarnya merasa spesial bersama kehadirannya. Enggak pernah ada yang bisa menyamakan  genuine nya , berkelas  namun tidak sombong dan baik hati.

Dikelilingi sahabat sahabat yang berbakat dan trade mark seperti Deddy Dhukun, Malyda dan Vina Panduwinata sebagai penyampai cinta dengan timbre yang elusive, Dian menemukan kekuatan lebihnya.

Melagukan nyanyian malam terkadang lagu patah, diiringi gitarnya sendiri dengan grip yang memikat hasil olah dari fitrah silsilah yang memang mumpuni yaitu turunan darah seni orang tuanya.

Dian PP  bukan sekedar legend ataupun golden memories seperti di layar layar kaca, tapi dia telah membenang dan menjahit satu tapak musik negri, sebagai salah satu milestone permusikan kita pada dekade 80-90. Yang hingga sekarang merupa menjadi ikon di musik besar Indonesia.

Selamat jalan Dian Pramana Poetra.

Haruskah kuteteska air mata dipipi?

Haruskah kucurahkan sgala isi dihati?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun