Suatu pagi saya berkesempatan mengantar anak yang sekolah di SMP Negeri kelas 8. Â Anak saya membawa dua tas, satu tas punggung dan satunya tas jinjing. Keduanya berisi buku pelajaran untuk hari itu.
Saya membawakannya dan terkejut saat mengangkat tas punggung anak saya. Berat banget. Begitu pula saya coba mengangkat tas yang satunya. Berat banget. Ketika saya coba mengangkat kedua tas tersebut. Berat banget. Banget. Saya menduga total berat  kedua tas tersebut lebih dari 10 kilogram.
Dan sayapun seperti menjadi manusia bodo (Ada Band), baru menyadari bahwa anak perempuan saya membawa beban berat tersebut setiap hari, paling sedikit  selama 18 minggu per semester sesuai kurikulum 2013. Manalagi anak saya perempuan badannya kurus pula. Saya pun jadi khawatir dengan pertumbuhan tulangnya akibat membawa beban berat setiap hari berangkat dan pulang sekolah.  Saya khawatir anak saya jadi bongkok (hunch back).
Di perjalanan menuju sekolah, dengan halus saya tanyakan perihal ini ke anak saya. Air muka anak saya  berubah jadi cantik-cantik masam, tampak kurang happy dengan pertanyaan saya, apakah sebanyak itu buku yang mesti dipanggul.Â
Itu juga sudah dibagi menjadi dua tas, tas punggung dan jinjing, kalo semua buku dimuat  kedalam tas punggung, mana kuat saya, katanya. Belom lagi kalau musti bawa laptop, sambungnya. Mulut tipisnya merat merot cemberut.
Sayapun menyurutkan niat saya bertanya lebih lanjut, takut dikira seperti detektif atau penyidik. Nanti saja akan saya bicarakan dengan istri saya, meskipun saya kepo abis. Sepulang mengantar, saya memeriksa daftar pelajaran anak saya yang ditempel didinding kamarnya.  Saya coba mengaitkannya dengan struktur kurikulum 2013, apakah ini penyebabnya?
Selama ini saya memang  abai pada kurikulum 2013, dengan struktur 38 jam pelajaran per minggu dan komposisi mata pelajaran kelompok A dan B. Kelompok A itu terdiri dari mata pelajaran, Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris. Kelompok B itu terdiri dari mata pelajaran,  Seni Budaya, PenJas, OR dan Kesehatan, Prakarya.
Dari struktur mata pelajaran tersebut  terlihat cukup simple saja, santai saja. Nggak ada masalah. Tapi kenapa tas sekolahnya  berat banget? Saya penasaran. Ternyata untuk satu mata pelajaran ada 4 sampai 5 buku. Jika satu hari ada 4 mata pelajaran, maka  buku yang dibawa bisa berjumlah 16 sampai 20 buku.
Jadi ini nih, yang membuat tas sekolah berat. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah semua buku perlu dibawa? Apakah semua buku dipakai untuk satu mata pelajaran sesuai jadwal mata pelajarannya? Misalnya pelajaran matematika ada 5 buku, apakah mesti dibuka semua ketika pelajaran matematika berlangsung?
Lagian kenapa 5 buku, kenapa enggak 10 buku untuk setiap mapel? Biar kalo kesekolah pada bawa koper, seperti ke bandara. Saya menggerutu sendirian.
Apakah ini wujud dari pendidikan kita yang mau memuat semuanya ke dalam otak murid? Mata Pelajaran yang terintegrasi katanya, beda dengan zaman baheula. Zaman sekarang, harus bisa memenuhi tuntutan 8 standar pendidikan yaitu, isi, proses, kompetensi murid, guru, manajemen, cost, sarana dan mutu. Belum lagi terkait isu eksternal seperti globalisasi, environment, IT, standar pendidikan internasional, dll.
Jadi maunya banyak. Pantesan bukunya jadi banyak. Mencoba membaca kerangka dasar dan struktur kurikulum 2013, peraturan mendikbud nomor 58/2014, membuat kepala saya puyeng. Apalagi anak saya.
Dan saya jadi tidak bisa move on. Bahagianya masa silam saya sekolah, satu mapel satu buku bertahun-tahun.  Dan bapak ibu gurunya, bisa bercerita dan mengajar lebih dari satu isi buku pelajaran.  Gurunya pintar murid  juga. Pemangku prajanya kompeten, gurunya kompeten. Fokus, bukan menjadi kompetensini, kompetensana.
Saya memandangi istri saya yang serius nonton infotainment. Sayang, gimana kalo, tas sekolah anak perempuan kita diganti dengan yang pakai roda? Malu katanya, emangnya barbie. Kata istri saya tanpa menoleh.
Balongan20180222
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H