Mohon tunggu...
banau muda
banau muda Mohon Tunggu... -

Laki-Laki kelana, Peminat Sastra, Penikmat Kopi, Pengangum Keindahan....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sahabat Lama, dan Jalan Berliku Bernama Pilkada DKI

3 November 2016   08:51 Diperbarui: 3 November 2016   09:42 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber photo: Metromerauke.com

Hujan di ujung senja yang mengisahkan banyak cerita terpendam dua sahabar karib yang sejak lama tak pernah bersua, betapa gembiranya hati saya sore itu saat menerima telpon dari kawan lama ajak ketemuan. Saya pun langsung bergegas menuju ke tempat janjian, dalam perjalanan saat berada dalam anggkot terpikirkan banyak hal yang kira-kira harus di obrolkan dengan kawan satu ini.

Kebetulan kawan ini sebut saja namanya Verry lagi dalam penyelesaian akhir S3-nya di Institut Pertanian Bogor (IPB), Verry memang terlihat cerdas sejak saya mengenal dan bergaul dengannya. Dengan umur yang masih sangat relatif mudah kurang lebih 27 tahun tinggal selangkah lagi akan menyelesaikan study-nya itu luar biasa baki saya.

Pertemuan itu sungguh sangat mengembirakan bagi kami berdua, bayak cerita pun mewarnai pertemuan kami. Sebagai orang yang tidak terlalu memperdulikan urusan study saya pun memanfaatkan pertemuan itu dengan lebih banyak bertanya dan mendengar, ketimbang aktif sebagai pembicara. Verry pun menjelaskan banyak hal yang kira-kira baru itu saya dengar, sebut saja soal Idiologi Anarkisme baik secara teoritis mapun prakteknya.

Atau teori soal ruang dan waktu dalam perspektif fisika quantum, menyikapi beberapa kasus yang belakan ini terjadi seperti Kanjeng Dimas yang fenomenal itu. saya hanya bisa terkagum-kagum mendegar penjelasan-nya, yang luar biasa itu sebagai calon Doktoral muda dan terbilang enegik ini sesuatu banget. Setelah bebrapa jam berlalu dalam pertemuan kami, Verry justru merubah tema pembicaraan terkait keluarga. Kebutulan saya sudah berkeluar dan di anugrahi Satu anak laki-laki, dan baru berumur 9 bulan.

Dengan senyum khasnya “Apa kabar istri dan anak mu?”

Jawab saya “Alhamdulilah sehat mereka.”

“Aku sebenarnya sudah kepengen juga menika, yah tapi kau tau sendiri situasi ku” ujar Verry

Sambil senyum saya “kalau sudah pengen harus di segerakan, kok kamu jadi ragu?”

Jawab Verry “kalau ragu sih tidak, ini hanya soal kesipan mental ku yang belum.”

Kami berdua pun langsung merubah kembali tema pembicaraan, karena terlihat kaku itu. Dengan tema lain yang lebih membuat Verry bergairah tiba-tiba saja Verry melontarkan sebuah pertanyaan ke saya.

“Kau ikuti ngk soal info Aksi 4 November, yang menuntut Ahok harus di hukum?”

Jawab saya “hanya dengar sih tapi tidak terlalu saya ambil pusing.”

Tanya balik saya pada kawan Verry “emang apa sih masalahnya Ahok, saya pengen dengar?”

Kawan yang baik hati ini pun menjelaskan sebab musabab apa yang lagi tejadi di Jakarta. Menurutnya kalau aku melihat Jakarta sebagai seorang Kristiani ini benar-benar sebuah sekenario kelompok tertentu yang tidak pengen non-muslim memimpin Jakarta sebagai Gubernur hingga itu isue rasisme pun di pakai untuk mencekal Ahok.

Yang justru membuat aku khawatir isue berbasis SARA ini sangat mudah di politisir apa lagi momentunya Pilkada dapat lah ruangnya untuk memainkan isue seperti ini.  Dan bodohnya lagi orang-orang mereka mau melahap begitu saja tanpa proses penalaran itu repotnya. Hingga jadi gaduh situasi Jakarta, cerobohnyaa Ahok sebagai seorang Kristiani cina pulah kenapa harus menggunakan ayat-ayat Al-Quran dalam pernyataannya.

Kan akhirnya di pilintir sana-sini kena de Ahok. Bawa Ahok megutip Ayat Al-Quran karena ia Keiristiani bukan soal ruangnya yang keliru, justru pernyataan yang ia keluarkan itu menjadi bomerang banginya.

Nah isue ini kemudian menggelinding cepat bahkan sampai ke beberapa titik didaerah yang tidak ada relevansinya dengaan pilkada Jakarta ikut  merespon-nya, orang jadi hilang rasionalitasnya merespon kasus seperti ini karena yang di utamakan itu emosinya bukan nalarnya itu kan yang bikin gaduh.

Namun sebagai Aktivis dan Akademis dalam meliihat kasus Jakarta, Ahok harus di hukum apa sebap. Kasus alih funsingsi lahan sumber waras ia jelas terlibat, selain itu reklasmasi teluk Jakarta ia eksekutornya. Belum lagi penggusuran dibeberapa titik di Jakarta Pusat membuktikan bahwa Ahok otoriter. Bahwa kesalahan yang dilakukan oleh Ahok harus di buktikan secara Hukum itu iyah. Menggunakan asas praduga tak bersalah, tapi proses penyidikan atas dugaan bersalahnya Ahok jangan terhenti.

Ini mengindikasikan ada aktor yang cukup kuat membekaap Ahok, entah mengunakan uang, atau bahkan pengaruh kuasannya. Itu artinya ada rencana aksi yang mau dilakukan pada 4 November jangan kemudain diplintir ke isue SARA dan menggangu Kebinekaan dan keutuhan NKRI ini juga menjadi keliru. Karena ngk ada sangkut pautnya dengan semua itu, soal Ahok itu murni Hukum.

Nah hanya saja situasinya menjelang Pilkada seperti aku katakan tadi ini kemudian menjadi sensitif. Dan goreng media sana sini biar renyah di lahap orang-orang dengan sumbuh pendek, dan tidak menggunaka otak tapi dengkulnya. Aku secara pribadi mendukung Aksi tersebut dalam konteks itu!

Memang rumit rasanya hidup di Era digital, bukan karena ada sisi negatifnya. Namun dengan Era digital kita semestinya menjadi orang yang terbuka dalam pengertian banyak menyerap sumber informasi yang didapat, tapi tidak kemudain semuanya harus kita ambil, karena itu butuh menyaringnya dengan penalaran yang sehat.

Parahnya Sosial media yang banyak di gunakan orang dengan penalaran pas-pasan pun ikut memanas-masnasi situasi, apa lagi pengguna Medsos yang tak mengerti apa-apa soal isue tertentu, sebut saja  Pilkada DKI ikut memposting berita-berita sampah yang memunculkan reaksi tak sehat.

Semoga saja Aksi besok berjalan tertip, dan tidak perlu di persoalkan apalagi di tafsir macam-macam, karena negara seperti Indonesia yang telah mengadopsi sistem Demokrasi protes dalam bentuk Aksi Massa itu di perbolehkan. Bagi ku jika Aksi berjalan sesuai sekenario akan memberi pukulan positif atas penegakan Hukum tanpa pandang bulu.

Kira-kira Seperti itu pandangan ku kata kawan Verry dan pertemuan pun kemi sudahi dan balik kerumah masing-masing. Sambil Wait and See....!!!     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun