Mohon tunggu...
banau muda
banau muda Mohon Tunggu... -

Laki-Laki kelana, Peminat Sastra, Penikmat Kopi, Pengangum Keindahan....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sahabat Lama, dan Jalan Berliku Bernama Pilkada DKI

3 November 2016   08:51 Diperbarui: 3 November 2016   09:42 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber photo: Metromerauke.com

Jawab saya “hanya dengar sih tapi tidak terlalu saya ambil pusing.”

Tanya balik saya pada kawan Verry “emang apa sih masalahnya Ahok, saya pengen dengar?”

Kawan yang baik hati ini pun menjelaskan sebab musabab apa yang lagi tejadi di Jakarta. Menurutnya kalau aku melihat Jakarta sebagai seorang Kristiani ini benar-benar sebuah sekenario kelompok tertentu yang tidak pengen non-muslim memimpin Jakarta sebagai Gubernur hingga itu isue rasisme pun di pakai untuk mencekal Ahok.

Yang justru membuat aku khawatir isue berbasis SARA ini sangat mudah di politisir apa lagi momentunya Pilkada dapat lah ruangnya untuk memainkan isue seperti ini.  Dan bodohnya lagi orang-orang mereka mau melahap begitu saja tanpa proses penalaran itu repotnya. Hingga jadi gaduh situasi Jakarta, cerobohnyaa Ahok sebagai seorang Kristiani cina pulah kenapa harus menggunakan ayat-ayat Al-Quran dalam pernyataannya.

Kan akhirnya di pilintir sana-sini kena de Ahok. Bawa Ahok megutip Ayat Al-Quran karena ia Keiristiani bukan soal ruangnya yang keliru, justru pernyataan yang ia keluarkan itu menjadi bomerang banginya.

Nah isue ini kemudian menggelinding cepat bahkan sampai ke beberapa titik didaerah yang tidak ada relevansinya dengaan pilkada Jakarta ikut  merespon-nya, orang jadi hilang rasionalitasnya merespon kasus seperti ini karena yang di utamakan itu emosinya bukan nalarnya itu kan yang bikin gaduh.

Namun sebagai Aktivis dan Akademis dalam meliihat kasus Jakarta, Ahok harus di hukum apa sebap. Kasus alih funsingsi lahan sumber waras ia jelas terlibat, selain itu reklasmasi teluk Jakarta ia eksekutornya. Belum lagi penggusuran dibeberapa titik di Jakarta Pusat membuktikan bahwa Ahok otoriter. Bahwa kesalahan yang dilakukan oleh Ahok harus di buktikan secara Hukum itu iyah. Menggunakan asas praduga tak bersalah, tapi proses penyidikan atas dugaan bersalahnya Ahok jangan terhenti.

Ini mengindikasikan ada aktor yang cukup kuat membekaap Ahok, entah mengunakan uang, atau bahkan pengaruh kuasannya. Itu artinya ada rencana aksi yang mau dilakukan pada 4 November jangan kemudain diplintir ke isue SARA dan menggangu Kebinekaan dan keutuhan NKRI ini juga menjadi keliru. Karena ngk ada sangkut pautnya dengan semua itu, soal Ahok itu murni Hukum.

Nah hanya saja situasinya menjelang Pilkada seperti aku katakan tadi ini kemudian menjadi sensitif. Dan goreng media sana sini biar renyah di lahap orang-orang dengan sumbuh pendek, dan tidak menggunaka otak tapi dengkulnya. Aku secara pribadi mendukung Aksi tersebut dalam konteks itu!

Memang rumit rasanya hidup di Era digital, bukan karena ada sisi negatifnya. Namun dengan Era digital kita semestinya menjadi orang yang terbuka dalam pengertian banyak menyerap sumber informasi yang didapat, tapi tidak kemudain semuanya harus kita ambil, karena itu butuh menyaringnya dengan penalaran yang sehat.

Parahnya Sosial media yang banyak di gunakan orang dengan penalaran pas-pasan pun ikut memanas-masnasi situasi, apa lagi pengguna Medsos yang tak mengerti apa-apa soal isue tertentu, sebut saja  Pilkada DKI ikut memposting berita-berita sampah yang memunculkan reaksi tak sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun