Mohon tunggu...
Banafsa Safa
Banafsa Safa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Keperawatan Universitas Airlangga

Perkenalkan saya seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di S1 Keperawatan. Artikel yang akan saya tulis disini adalah seputar kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yuk Kenalan dengan HIV/AIDS

18 Juni 2024   05:49 Diperbarui: 18 Juni 2024   06:02 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Aquired Immune Deficiency Syndrome)

Penyakit AIDS adalah sekumpulan gejala atau infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. HIV dapat memperlemah kekebalan tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik seperti TBC ataupun mudah terkena tumor (Anonim, 2006). HIV dan AIDS merupakan sebuah penyakit menular yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Fase mulai dari seseorang tertular HIV sampai memasuki AIDS adalah fase yang cukup panjang dan membutuhkan waktu lama. Namun, yang perlu diingat, pengobatan yang dijalani oleh ODHA pun tidak semerta-merta membunuh HIV yang ada di dalam darah manusia. ART hanya berfungsi melemahkan virus tersebut sehingga dapat memperpanjang waktu infeksi virus ke fase yang lebih serius.

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi HIV/AIDS

Derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat macam faktor yaitu faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Ansyori (2016) menjelaskan bahwa penyebaran HIV/AIDS bukan semata-mata masalah kesehatan tetapi mempunyai implikasi politik, ekonomi, sosial, etnis, agama dan hukum bahkan dampak secara nyata, cepat atau lambat, menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia.

Infeksi HIV cenderung meningkat dan paling banyak terjadi pada kelompok usia produktif yaitu kelompok umur 25-49 tahun dan kelompok umur 20- 24 tahun. Usia remaja 15-19 tahun menduduki posisi keempat.8 Usia remaja merupakan usia yang sangat rentang untuk terinfeksi HIV.  Ada lebih dari setengah infeksi baru HIV didunia ditemukan pada usia 15-19 tahun, dan mayoritas remaja terinfeksi karena hubungan seksual.

1. Peran Petugas Kebersihan 

Rata-rata petugas HIV/AIDS memegang 3 program yaitu Labor, Tuberculosis (TB), dan termasuk program HIV/AIDS. Pada saat jam pelayanan petugas juga bertugas memberikan pelayanan bagi pasien yang datang di puskesmas. Waktu yang tidak cukup (manajemen waktu atau pembagian waktu kerja yang kurang baik) juga menjadi kendala bagi petugas kesehaan sehingga target penjaringan maupun target penemuan penderita baru HIV positif tidak tercapai.

2. Stigma Masyarakat

Masyarakat masih belum sepenuhnya memahami dan bersikap terbuka pada para penderita HIV dan AIDS. Dengan kata lain, masyarakat sebenarnya juga tidak mendapatkan pemahaman dan informasi yang tepat terkait penyakit satu ini. Alhasil, orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) masih sering menerima perlakuan yang tidak semestinya.

3. Kesadaran ODHA

Kurangnya kesadaran dan kemauan pasien untuk melakukan pengobatan seperti mengonsumsi obat Anti Retroviral Virus (ARV). Kurangnya kesadaran ODHA tersebut disebabkan juga karena tingkat pengetahuan pasien yang rendah. Selain itu, ODHA tidak mengikuti konseling yang telah disediakan oleh konselor. Salah satu penyebabnya adalah akses lokasi yang kurang strategis.

4. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang menjadi penghambat kepatuhan dan dapat memicu berhenti menjalankan terapi ARV adalah tidak adanya dukungan dari keluarga, teman, munculnya stigma negatif pada ODHA, juga diskriminasi yang dirasakan ODHA. Oleh karenanya, lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia meliputi lingkungan fisik dan lingkungan social.

Stigma Dan Diskriminasi Masyarakat

Stigma adalah perilaku maupun kepercayaan yang salah terhadap seseorang ataupun sesuatu. Sedangkan, Diskriminasi adalah perlakuan terhadap individu atau kelompok dengan sikap memihak atau prasangka. HIV AIDS terkait stigma adalah tantangan terbesar untuk memperlambat penyebaran penyakit. Akibat dari stigma ini akan muncul diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). 

Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh International Planned Parenthood Federation (IPPF) adalah mencari masukan dari masyarakat dan bagian-bagian yang tertarik untuk mengembangkan indikatorindikator untuk mendukung dan meningkatkan respon mengurangi stigma tehadap HIV/AIDS. Para ahli HIV/AIDS Internasional setuju bahwa stigma yang ada adalah salah satu faktor utama yang menghalangi peningkatan layanan untuk HIV terkait pencegahan, treatment, perawatan dan dukungan (Babcock, 2010)

Frederiksson dan Kanabus (2005) menambahkan bahwa sebagian besar anggota masyarakat memandang orang dengan HIV/AIDS sebagai pribadi yang tidak bertanggungjawab dan mempermalukan keluarga dan masyarakat. Hal ini tentu saja akan membawa implikasi terhadap bagaimana seseorang akan berperilaku dalam menghadapi HIV/AIDS. Dalam konteks ini, orang mungkin akan memandang HIV/AIDS sebagai hukuman terhadap perilaku amoral, kejahatan, dan lain-lain yang membuat akhirnya hanya sedikit orang yang akan terbuka atas perilakunya. Menurut UNESCO (2003), stigma dan diskriminasi terkait HIV/AIDS dapat mencegah banyak Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di seluruh dunia mencari treatment dan informasi tentang penyakit ini.

Facility And Community Based Care And Support Untuk ODHA

Program Facility and Community Based Care and Support berupaya membangun hubungan antara masyarakat dengan ODHA, sehingga terjadi kesinambungan perawatan. Perawatan ODHA tidak hanya dilakukan oleh layanan kesehatan, tetapi juga oleh masyarakat. Kegiatan ini sangat membantu kondisi mental ODHA untuk menyesuaikan diri dengan kondisi tubuhnya yang baru. Komunitas di dalam program ini bertujuan untuk menghubungkan ODHA dengan akses ART dan memastikan bahwa ODHA telah melakukan pendaftaran untuk menjalani perawatan dan rutin datang ke layanan kesehatan.

1. Voluntary Counselling and Testing (VCT)

Konseling adalah sebuah proses membantu seseorang dalam pembelajaran menyelesaikan masalah emosional, interpersonal & memutuskan suatu hal tertentu serta mendorong klien menolong dirinya sendiri/pasangan /keluarga. Membantu setiap individu untuk bertanggung jawab atas hidupnya sendiri dengan (1) mengembangkan kemampuan mengambil keputusan bijak dan realistik (2) mengubah perilakunya sendiri agar konsekuensinya sesuai yang dikehendaki (3)menyediakan informasi faktual. Tujuan dari VCT adalah (1) pencegahan penularan HIV, (2) promosi layanan dini, (3) sosialisasi.

2. Care Support Treatment (CST)

VCT merupakan pintu masuk menuju terapi dan perawatan. Setelah penderita mendapatkan informasi hasil tesnya dari klinik VCT, maka pada tahapan berikutnya, penderita akan mendapatkan dukungan perawatan berupa perawatan medis melaui terapi antiretroviral (ARV), pengobatan infeksi oportunistik , pelayanan gizi maupun dukungan psikologis serta akses layanan lainnya sesuai kebutuhan penderita. Layanan ini dilakukan dalam program Care Support Treatment.

3. Adult Treatment

Sebuah program yang memang ditujukan untuk pengobatan HIV dan AIDS di kalangan orang dewasa. Mengingat perpindahan penduduk ini sangat berkaitan dengan terinfeksinya tenaga kerjayang mayoritas berada di usia produktif, maka program ini tepat untuk menanggulangi ancaman HIV dan AIDS di kalangan tersebut. Satu-satunya cara untuk mengatasi penyebaran HIV dan AIDS akibat aktivitas seksual berisiko para tenaga kerja yang merantau ke kota adalah dengan melakukan pemeriksaan dan konseling HIV yang menjangkau sebanyak-banyaknya orang. Manfaat yang diperoleh tidak berhenti sampai di situ. Dari kegiatan konseling sebelum dan sesudah tes, para tenaga kerja memperoleh informasi lebih lanjut tentang penyakit ini. Program ini dapat meningkatkan kewaspadaan para tenaga kerja, sehingga, mereka dapat lebih berhati-hati atau, bahkan, menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks berisiko.

Upaya Yang Telah Dilakukan Untuk Mengatasi HIV Dan AIDS di Indonesia

Penanggulangan HIV/AIDS merupakan upaya terpadu dari peningkatan perilaku hidup sehat (promotif), pencegahan penyakit HIV/AIDS (preventif), serta pengobatan dan perawatan (kuratif) dan dukungan hidup (support) terhadap pengidap HIV/AIDS. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya prioritas yang diselenggarakan secara berimbang dengan upaya kuratif dan dukungan terhadap pengidap HIV/AIDS.

Penanggulangan HIV/AIDS dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah, masyarakat, sektor swasta dan para pengidap HIV/AIDS dengan dukungan organisasi internasional. Masyarakat termasuk LSM merupakan pelaku utama dalam pelaksanaan penanggulangan sedangkan pemerintah berkewajiban memberdayakan masyarakat serta memberikan bantuan arahan, bimbingan dan menciptakan suasana yang menunjang.

Pemerintah berkewajiban untuk memimpin dan memberi arah penanggulangan HIV/AIDS (leadership) dengan menetapkan komitmen kebijakan (political commitment), memberikan prioritas kepada penanggulangan HIV/AIDS, dan memobilisasi sumber daya penanggulangan. Pemerintah berkewajiban menciptakan suasana kondusif guna mencegah timbulnya stigmatisasi, penyangkalan (denial), dan praktek diskriminasi karena HIV/AIDS.

REFERENSI :

Damajanti, Fathnisa Tya. 2018. Upaya Amerika Serikat Dalam Menanggulangi Ancaman Hiv Dan Aids Di Negara-Negara Afrika Melalui President's Emergency Plan For Aids Relief. Semarang : Universitas Diponegoro. Journal of International Relations, Volume 4, Nomor 4, 2018, hal 749-756.

Zakarija dan Amelia. 2015. Intervention of Care Support Treatment which Children with HIV/AIDS as the Target: A Humanistic Approach Model for Children and the Environment in Facing Stigma. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang. Jurnal Perempuan dan Anak, 1(1): Januari 2015 ISSN 2442-2614 Hal. 1 -- 7

Yanri, Dr. Zulmiar dkk. 2005. Pedoman bersama ILO/WHO tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS. Jakarta : Direktorat Pengawasan Kesehatan Kerja Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI. Jurnal Join ILO/WHO Guidelines on Health Services and HIV/AIDS, Organisasi Perburuhan Internasional dan Organisasi Kesehatan Dunia 2005, (1) : ISBN. 92-2-117553-7

Jef Gishard, Heedy, Lily. 2011. Studi Penatalaksanaan Terapi Pada Penderita Hiv/Aids Di Klinik Vct Rumah Sakit Kota Manado. Manado : Universitas Sam Ratulangi.

Yani , Yuniar , Zairil. 2018. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penanggulangan HIV/AIDS di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2018. Padang : Universitas Andalas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun