Bagian punggungnya nampak sangat menonjol, sehingga mengakibatkan Yuni sulit bergerak, termasuk untuk menggeser kepalanya sendiri. Bila ibunya harus keluar rumah cukup lama, maka, Yuni harus mengenakan pampers.Â
"Kebetulan, selain membuat keranjang ikan asin, saya juga nyambi momong anak tetangga dengan upah Rp 100.000 perminggu," jelas Yantiyem seraya menambahkan putrinya tak mampu mengubah posisi tidurnya tanpa bantuan orang lain.
Menjawab pertanyaan tentang adanya bantuan dari negara, Yantiyem menjelaskan, sekitar empat tahun silam, Yuni mendapatkan bantuan berupa uang tunai sebesar Rp 300.000 per bulan.Â
Namun, sejak tahun 2017, Kartu Keluarga Sejahtera yang jadi andalan, tidak pernah terisi uang. " Sudah empat tahun macet, entah apa sebabnya," ungkapnya.
Yang menyedihkan, setelah bantuan itu macet, untuk memenuhi gizi, Yantiyem kerap membelikan susu cair sachetan. Sedangkan makan keseharian, lauknya ya ala kadarnya.
Lho? Ini gimana sih, ada gadis malang yang hanya mampu berbaring miring, negara malah abai. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H