Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nestapa Gadis Uzur di Desa Karang Tengah

20 Januari 2021   19:23 Diperbarui: 20 Januari 2021   19:33 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasur dua tahun silam yang sudah mengeras (foto: dok pri)

Tumini (73) warga Dusun Karang Tengah RT 3 RW I, Desa Karang Tengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang adalah sosok yang sarat nestapa. Di mana, selain sepanjang hidupnya tak pernah menikah, sudah empat tahun belakangan mengalami kebutaan.  Seperti apa derita panjang yang dialaminya, berikut catatannya.

Perempuan yang biasa disapa mbah Tumini ini, sebenarnya ditemukan Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga sekitar dua tahun silam. Di mana, ketika puluhan relawan tengah melakukan aksi bedah rumah milik almh mbah Muini (70) di desa yang sama, tiba- tiba masuk informasi mengenai dirinya.

Sebagai penanggungjawab Relintas, saya didampingi dua relawan segera menyambanginya. Ternyata, hal tersebut benar adanya. Mbah Tumini menumpang di rumah Salamun (60) dan diberikan kamar berukuran 2,5 X 3 meter, untuk makan keseharian, ia dijatah oleh istri Salamun.

Di dalam kamar, terdapat meja kecil berikut dipan (ranjang) kayu sederhana. Saat saya raba, ternyata mbah Tumini hanya tidur beralaskan tikar, tanpa kasur. Melihat hal itu, salah satu relawan bernama Anne Sunarto segera bergegas ke Kota Salatiga untuk membelikan kasur lengkap dengan bantal guling.

Kasur busa dan bantal baru untuk mbah Tumini (foto: dok pri)
Kasur busa dan bantal baru untuk mbah Tumini (foto: dok pri)
Hingga akhirnya, saya memutuskan mengangkat mbah Tumini menjadi orang tua asuh Relintas. Dengan pengangkatannya tersebut, nenek sepuh itu berhak mendapatkan paket sembako saban bulannya. Untuk agenda kunjungan duafa, dirinya juga dimandikan dan diganti pakaiannya.

Berdasarkan cerita warga, mbah Tumini sebelumnya sehat seperti orang kebanyakan. Hingga tahun 2017 silam, saat terjadi erupsi gunung Merabi, dua matanya kemasukan debu. Karena memang awam terhadap pentingnya kesehatan mata, tangannya mengucek- ngucek dua matanya. Akibatnya fatal, ia langsung berada dalam kegelapan hingga sekarang.

Karena saban bulan saat mengirim sembako kerap dilakukan relawan, semenjak saat itu saya kurang memantaunya. Sebab, berdasarkan laporan relawan, beliau dalam kondisi baik- baik saja. Hingga akhirnya, memasuki bulan Januari 2021, masuk informasi yang menyebutkan kasur donasi kondisinya sudah sangat memperihatinkan. Di mana, kasur kapuk itu terlalu sering ketumpahan air minum, akibatnya menjdi bantat.

Kasur dua tahun silam yang sudah mengeras (foto: dok pri)
Kasur dua tahun silam yang sudah mengeras (foto: dok pri)
Jari Membusuk

Selain masalah kasur yang kehilangan empuknya, saat relawan memandikannya, ditemukan luka di tangan kanannya yang membengkak kehitaman. Diduga keras, awalnya terdapat luka, namun karena merasa gatal, akhirnya digaruk sehingga menimbulkan luka. " Kemungkinan besar, mbah Tumini kadar gulanya juga tinggi," kata Vee Ul yang melihat kondisi mbah Tumini.

Mendengar kabar yang dibawa Vee Ul, saya segera menyambangi mbah Tumini. Rabu (20/1) siang, sembari membawakan kasur busa lipat, bantal dan perlak berbahan Oscar, saya tancap gas menuju Desa Karang Tengah. Tak butuh waktu lama untuk menempuh perjalanan sekitar 12 kilometer tersebut.

Sosok mbah Tumini yang tak pernah mengeluh (foto: dok pri)
Sosok mbah Tumini yang tak pernah mengeluh (foto: dok pri)
Mbah Tumini terlihat tengah duduk di diatas kasur lecek, perempuan sepuh yang memang tak banyak bicara ini menjawab salam saya seraya mempersilahkan duduk. Setelah mengutarakan maksud kedatangan saya, mbah Tumini beranjak berdiri untuk memberi kesempatan mengganti kasurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun