Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumah Layak Huni untuk Pasutri Tuna Netra

17 Januari 2021   19:22 Diperbarui: 17 Januari 2021   19:29 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akhirnya kelar juga rumah layak huni itu (foto: dok pri)

Sekitar pk 17.00 seluruh pekerjaan akhirnya tuntas juga, sebuah rumah sederhana layak huni untuk Pasutri Slamet dan Munjiati berhasil diwujutkan. Sebelum kegiatan ditutup, Bamset juga menyerahkan donasi berupa dipan kayu, kasur, bantal serta 2 buah loker plastik donasi Opix Van Persie. " Berbagai barang donasi ini untuk kepentingan membuka praktek pijat mas Slamet," kata Bamset.

Berpacu dengan cuaca, seluruh relawan bekerja keras (foto: dok pri)
Berpacu dengan cuaca, seluruh relawan bekerja keras (foto: dok pri)
Total dana yang dikeluarkan untuk pembuatan rumah layak huni ini, menurut Bamset mencapai sekitar Rp 15.000.000. Di mana, dana berasal dari donasi regular Relintas. Jadi, pihaknya sama sekali tidak open donasi atas proyek pertama di tahun 2021 tersebut. " Tapi bukan berarti kita tak menerima donasi, sebab, banyak pihak yang memberikan donasi tanpa diminta," ungkap Bamset.

Bamset sendiri mengaku haru sekaligus berbahagia atas kerja keras relawannya, sebab, selain harus berhari- hari lembur , mereka juga bekerja sembari berpacu dengan waktu. Bahkan, salah satu relawan bernama Yehuda (40) yang merupakan warga Kota Semarang, memaksa diri berangkat pagi agar bisa bergabung dengan rekan- rekannya. " Saya cuma ingin ikut berbagi saja," jelas Yehuda yang berasal dari NTT.

Akhirnya kelar juga rumah layak huni itu (foto: dok pri)
Akhirnya kelar juga rumah layak huni itu (foto: dok pri)
Lantas, bagaimana tanggapan Slamet atas terwujutnya rumah layak huni tersebut ? Slamet mengaku sangat bahagia sekaligus terharu dengan terwujutnya mimpi dalam tempo relatif singkat. Apa lagi, rumah miliknya dilengkapi kamar untuk praktek pijat berukut dipan kayu, kasur busa dan dua buah loker. " Saya dan istri tidak bisa mengatakan apa pun kecuali rasa terima kasih yang tak terhingga," kata Slamet ketika diberi kesempatan bicara. 

Itulah sedikit catatan tentang kegiatan pembuatan rumah layak huni untuk Pasutri tuna netra yang berstatus sebagai duafa, kendati berpacu dengan cuaca yang tak ramah, namun, sesuai jadual, pk 17.00 dinyatakan tuntas. Slamet yang sementara ini belum mendapatkan PKH mau pun program RTLH, akhirnya mampu memiliki rumah sendiri. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun