Tak butuh waktu lama untuk menemukan alamat pasangan Joko Susilo dan Kartini, kebetulan, mereka menempati salah satu bangunan yang tidak terpakai milik SD Negeri 1 Kebonan. Â
"Dulu bapak saya penjaga sekolah SD ini, karena kami belum memiliki rumah, atas seijin Kepala Sekolah, kami boleh menempati bangunan yang kosong selama belum difungsikan," kata Kartini memulai perbincangannya.
Menurut Kartini, putra bungsunya dilahirkan melalui bedah Caesar di salah satu Rumah Sakit di Kota Salatiga. Kendati operasi berjalan lancar, namun, beberapa hari kemudian terdeteksi bahwa kuning  akibat penumpukan zat bilirubin.Â
"Kondisinya lemas, tak pernah nangis, dokter menyarankan untuk disinar dengan biaya sebesar Rp  2.500.000," kata Kartini
Karena memang isi dompet tidak memungkinkan membayar Rp 2.500.000, maka Joko dan istrinya sepakat membawa pulang Akmal.Â
Hingga tiba di rumahnya, saban pagi Kartini rajin menjemur sang bayi agar muncul keajaiban. Sampai 1 bulan berlalu, kondisi Akmal berangsur membaik. Kendati begitu, ia tetap terlihat lemas.
Di usianya yang menginjak 10 bulan, akhirnya terdeteksi bahwa Akmal menderita Down Syndrome, gizi buruk, radang paru, jantungnya juga mengalami kebocoran. " Kami diminta membawa Akmal ke RS dr Moewardi Surakarta agar Akmal memperoleh pengobatan yang lebih baik," tutur Kartini.
Perihal penyakit yang diderita putra bungsunya itu, Kartini tak asal ngomong. Sebab, Akmal telah melalui berbagai pemeriksaan medis seperti tes  kromosom  serta echocardiography jantung. Terkait hal tersebut, sesuai saran dokter, dirinya memprioritaskan Akmal segera dibawa ke RS dr Moewardi.
Sayang, untuk membawa Akmal ke RS dr Moewardi bukanlah perkara mudah. Kendati dijamin BPJS, namun, transportasi berikut biaya lainnya tetap menjadi beban suami istri tersebut.Â
Akibatnya, pengobatan kembali tertunda. " Pengalaman saat menjalani opname di RS Puri Asih Kota Salatiga jadi bahan pertimbangan tersendiri, karena kami sempat pontang panting," ungkapnya.