Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kurir Duafa Bagikan 72 Paket Sembako

1 September 2019   16:17 Diperbarui: 1 September 2019   16:24 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Tumini yang buta dan sebatangkara tengah menerima sembako (Foto: dok pri)

Relintas sendiri, kata Bamset , merupakan komunitas sosial yang bermarkas di Kota Salatiga. Dengan relawan aktif sekitar 150 orang, aktifitasnya terfokus pada bedah rumah milik duafa dan pembagian sembako terhadap orang tua asuh. Di mana, untuk berbagi sembako terbagi dua katagori, yakni katagori 1 dijatah dua minggu sekali serta katagori 2 mendapatkan kiriman sebulan sekali.

Untuk anggaran bedah rumah ukuran 4 X 6 meter, biasanya Relintas mengeluarkan dana sekitar Rp 7- 10 juta (tergantung dilengkapi sarana MCK atau tidak). Sementara berbagi sembako, menyerap anggaran Rp 7,2 juta. " Masing- masing paket sembako senilai Rp 100.000," jelas Bamset.

Nilai Rp 100.000, kata Bamset, diujutkan menjadi beras 5 kilogram, minyak goreng 1 liter, gula pasir 1 kilogram, kopi, teh dan mi instan 10 bungkus. Di mana, berdasarkan survei relawan di lapangan, satu paket sembako mampu untuk bertahan hidup seorang duafa selama dua minggu. Tak mewah memang, namun, faktanya kehadiran para kurir selalu ditunggu.

Mbah Tukiyem yang selalu menanti kedatangan kurir (Foto: dok pri)
Mbah Tukiyem yang selalu menanti kedatangan kurir (Foto: dok pri)
Lantas dari mana anggaran untuk bedah rumah mau pun berbagi sembako ? Iuran relawankah ? Relawan mah tidak gablek, mereka mau menyumbangkan tenaganya sudah teramat bagus. 

Sebab, di saat kepedulian di tengah masyarakat mulai luntur, empati serta rasa peduli sangat layak diapresiasi." Untuk mengapresiasi mereka, saya harus hadir di tengah mereka semua. Rasanya ga elok, relawan berpanas- panas, sedangkan saya malah plesiran," ungkap Bamset.

Jadi, anggaran puluhan juta rupiah untuk para duafa, sebenarnya berdatangan dari para hamba Allah yang merasa bersimpati terhadap Relintas. Donatur -- donatur tersebut, bermukim di Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Jakarta, Bandung bahkan luar negeri. Tentunya termasuk beberapa rekan Kompasianer yang memiliki empati dan rasa peduli.

" Untuk luar negeri, kebanyakan berasal dari Hongkong, Taiwan, Perancis dan Singapura. Mayoritas mereka adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang memiliki ikatan batin dengan Kota Salatiga, kabupaten Semarang mau pun Boyolali," jelas Bamset.

Relawan tengah memotong donasi pohon kelapa (Foto: dok pri)
Relawan tengah memotong donasi pohon kelapa (Foto: dok pri)
Hingga pk 14.00 seluruh kegiatan para kurir duafa dinyatakan selesai, kendati begitu, puluhan relawan masih harus menuntaskan agenda lain, yakni mengangkut donasi kayu kelapa (glugu) di Desa Cukilan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.  

Di mana, donasi awal berupa pohon kelapa di tengah kebun yang lokasinya lumayan jauh dari perkampungan.  Oleh relawan, pohon tersebut ditebang untuk dijadikan kayu blandar.

Celakanya, posisi kayu yang sudah ditebang berada sekitar 600 meter dari jalan perkampungan. Lagi- lagi, mobil pick up pengangkut harus melewati sawah kering sejauh 500 meter. 

Sedangkan relawan memaksa diri memanggul kayu- kayu itu sejauh 100 meter di tengah sengatan sinar matahari, asyikkkk. " Kayu-kayu itu untuk material bedah rumah di minggu mendatang," ungkap Bamset.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun