Relintas sendiri, kata Bamset , merupakan komunitas sosial yang bermarkas di Kota Salatiga. Dengan relawan aktif sekitar 150 orang, aktifitasnya terfokus pada bedah rumah milik duafa dan pembagian sembako terhadap orang tua asuh. Di mana, untuk berbagi sembako terbagi dua katagori, yakni katagori 1 dijatah dua minggu sekali serta katagori 2 mendapatkan kiriman sebulan sekali.
Untuk anggaran bedah rumah ukuran 4 X 6 meter, biasanya Relintas mengeluarkan dana sekitar Rp 7- 10 juta (tergantung dilengkapi sarana MCK atau tidak). Sementara berbagi sembako, menyerap anggaran Rp 7,2 juta. " Masing- masing paket sembako senilai Rp 100.000," jelas Bamset.
Nilai Rp 100.000, kata Bamset, diujutkan menjadi beras 5 kilogram, minyak goreng 1 liter, gula pasir 1 kilogram, kopi, teh dan mi instan 10 bungkus. Di mana, berdasarkan survei relawan di lapangan, satu paket sembako mampu untuk bertahan hidup seorang duafa selama dua minggu. Tak mewah memang, namun, faktanya kehadiran para kurir selalu ditunggu.
Sebab, di saat kepedulian di tengah masyarakat mulai luntur, empati serta rasa peduli sangat layak diapresiasi." Untuk mengapresiasi mereka, saya harus hadir di tengah mereka semua. Rasanya ga elok, relawan berpanas- panas, sedangkan saya malah plesiran," ungkap Bamset.
Jadi, anggaran puluhan juta rupiah untuk para duafa, sebenarnya berdatangan dari para hamba Allah yang merasa bersimpati terhadap Relintas. Donatur -- donatur tersebut, bermukim di Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Jakarta, Bandung bahkan luar negeri. Tentunya termasuk beberapa rekan Kompasianer yang memiliki empati dan rasa peduli.
" Untuk luar negeri, kebanyakan berasal dari Hongkong, Taiwan, Perancis dan Singapura. Mayoritas mereka adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang memiliki ikatan batin dengan Kota Salatiga, kabupaten Semarang mau pun Boyolali," jelas Bamset.
Di mana, donasi awal berupa pohon kelapa di tengah kebun yang lokasinya lumayan jauh dari perkampungan. Â Oleh relawan, pohon tersebut ditebang untuk dijadikan kayu blandar.
Celakanya, posisi kayu yang sudah ditebang berada sekitar 600 meter dari jalan perkampungan. Lagi- lagi, mobil pick up pengangkut harus melewati sawah kering sejauh 500 meter.Â
Sedangkan relawan memaksa diri memanggul kayu- kayu itu sejauh 100 meter di tengah sengatan sinar matahari, asyikkkk. " Kayu-kayu itu untuk material bedah rumah di minggu mendatang," ungkap Bamset.