Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi untuk Napi dan Kaum Marjinal

25 Juli 2019   16:14 Diperbarui: 25 Juli 2019   16:17 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga tertib antre di tengah panas menyengat (foto: dok pri)

Selama dua hari berturut- turut, puluhan personil gabungan dari  Relawan Lintas Komunitas (Relintas), Aksi Cepat Tanggap (ACT) , Pemuda Pancasila (PP) dan Real Friendship Club (RFC) Kota Salatiga , membagikan paket sembako untuk ratusan nara pidana (Napi) serta kaum marjinal. Seperti apa aksi mereka, berikut catatannya untuk Indonesia.

Mulai hari Rabu (24/7) dan Kamis (25/7) siang, sekitar 30 an relawan membagikan berbagai paket  yang terdiri atas parfum, sabun cuci, obat nyamuk, biskuit, susu kotak, sambal botol hingga beras bernutrisi. Aksi pertama digelar di Rumah Tahanan (Rutan) Kota Salatiga, di mana terdapat 132 penghuni warga binaan (dulu dikenal dengan sebutan nara pidana).  " Untuk Rutan, yang kami bagikan berupa biskuit, obat nyamuk bakar, parfum dan susu kotak," kata Ardian, perwakilan ACT Kota Salatiga.

Karena faktor keamanan, lanjut Ardian, pembagian paket hanya diwakili oleh warga binaan senior tentunya dengan didampingi petugas Rutan. Kendati begitu, seluruh penghuni dijamin mendapatkan bingkisan yang diberikan. " Kenapa kami menyasar pada warga binaan ? Karena menurut hemat kami, mereka yang berada di dalam tahanan adalah orang- orang yang tengah menebus kesalahannya di masa lalu," jelasnya.

Paket- paket yang dibagikan pada kaum marjinal (foto: dok pri)
Paket- paket yang dibagikan pada kaum marjinal (foto: dok pri)
Ke depan, ungkap Ardian, setelah mengantongi pembebasan, diharapkan para warga binaan bisa berbaur dengan masyarakat luas. Sebab, bagaimana pun selama berada di dalam tahanan teramat banyak waktu untuk intropeksi. " Kalau sudah diperam di sel bertahun- tahun, tapi gam au bertobat, itu namanya tak tahu diri," ungkap Ardian yang pernah merasakan dinginnya sel tahanan.

Berbagai paket kebutuhan sehari -- hari, ungkap Ardian, sebenarnya merupakan donasi yang diterima pihak ACT dari berbagai perusahaan. Karena keterbatasan personil ACT Kota Salatiga, maka pihaknya sengaja menggandeng Relintas, PP dan RFC. " Kebetulan pak Bamset (panggilan Bambang Setyawan) selaku penanggungjawab Relintas menyambut positif kegiatan ini," tuturnya.

Di tempat yang sama, Bamset mengakui Relintas merupakan komunitas sosial yang lebih banyak berpihak pada kaum duafa dan kelompok marjinal tanpa membedakan suku mau pun agama. Terkait hal tersebut, dirinya meminta agar paket- paket yang dibagikan dilengkapi sembako, minimal beras. " Kebetulan di Kota Salatiga terdapat Barak Ampera yang dihuni 45 kepala keluarga, mereka sangat membutuhkan bantuan," jelas Bamset.

Barak Ampera yang terletak di kawasan Kemiri merupakan rumah susun untuk kaum marjinal di Kota Salatiga. Dikelola oleh Dinas Sosial, para penghuni yang berjumlah sekitar 130 orang diijinkan menempatinya secara gratis. Sayang, dalam perjalanannya, kondisi rumah susun yang baru dibangun 6 tahun lalu itu cukup menyedihkan. Beberapa fasilitas MCK tidak terawat, bahkan terdapat ruang yang tak berpenghuni akibat adanya kebocoran di bagian atapnya.

Namanya anak muda, tiap giat selpie hukumnya wajib (foto: dok pri)
Namanya anak muda, tiap giat selpie hukumnya wajib (foto: dok pri)
Minta Sering Dikunjungi

Sekitar pk 13.00, rombongan berjumlah 30 orang sudah terlihat di Barak Ampera. Setelah koordinasi dengan ketua RT setempat, para penghuni dikumpulkan untuk mendapatkan bingkisan berupa parfum, sabun cuci, obat nyamuk, biskuit, susu kotak, sambal botol hingga beras bernutrisi. Bila ditotal, satu paket senilai Rp 260.000.

Warga yang memang mayoritas hidupnya empot- empotan ini, tak pelak sangat gembira mendapat bingkisan. Sebab, sudah sejak lama jarang ada pihak terkait yang memiliki kepedulian dengan mereka. " Kami tidak menilai harganya, yang kami hargai kedatangan teman- teman yang memiliki kepedulian terhadap warga sini," kata Sudarman (60) mewakili warga lainnya.

Bamset saat menyerahkan bingkisan pada warga Barak Ampera (foto: dok pri)
Bamset saat menyerahkan bingkisan pada warga Barak Ampera (foto: dok pri)
Menurut Sudarman, pihaknya akan merasa senang bila langkah ini bakal diikuti donatur atau komunitas sosial lainnya. Sebagai kelompok marjinal, ada kebahagiaan tersendiri saat diperhatikan orang di luar penghuni Barak Ampera. " Kalau bisa, kunjungan kesini dilakukan agak sering pak. Biar warga agak terhibur," ungkapnya penuh harap.

Meski disebut kaum marjinal, namun pembagian paket bantuan sama sekali tidak menimbulkan kegaduhan. Warga mau antre dengan tertib sembari menunggu namanya dipanggil satu persatu. Setelah seluruhnya mendapatkan paket, baru Ardian menjelaskan cara memasak beras bernutrisi.

Warga tertib antre di tengah panas menyengat (foto: dok pri)
Warga tertib antre di tengah panas menyengat (foto: dok pri)
Bamset yang selalu mendampingi agenda berbagi, mengaku mengapresiasi relawannya, ACT, PP dan RFC. Di mana, dalam kesibukannya masing- masing, mereka masih menyempatkan diri untuk berdekat- dekat pada duafa. "Apa yang disampaikan pak Sudarman, saya dukung sepenuhnya. Silahkan donatur hadir di sini, kami dari Relintas siap membantu di lapangan," jelasnya.

Di mata Bamset sendiri, untuk berbagi tidak harus menanyakan apa sukunya atau apa agamanya. Karena di Relintas, semua sekat hukumnya wajib dihilangkan ketika membantu orang yang membutuhkan. " Ga usah dicekoki teori macam- macam, kami paham implementasinya tanpa harus didikte," ungkapnya seraya mengapresiasi peran aktif PP mau pun RFC dalam aktifitas sosial (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun