Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Desa Ngadirojo, Menembus Istana Presiden

2 April 2019   17:34 Diperbarui: 2 April 2019   18:03 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Porcelain yang masih setengah jadi lagi dikeringkan (foto: dok pri)

Beragam produk porcelain yang sudah jadi (foto: dokpri)
Beragam produk porcelain yang sudah jadi (foto: dokpri)

Kata orang bijak, nasib baik tak pernah salah pilih. Demikian juga dengan Roy, pameran inacraft di Jakarta Convention Centre ternyata dihadiri SBY. Kerennya, keberadaan beragam barang produk NPI mampu membetot perhatian orang nomor satu di Republik ini. " Sepertinya beliau waktu itu sedikit terpesona dengan produk kita," tutur Roy.

Terbukti, lanjutnya, hanya selang beberapa hari kemudian, pihak Sekretariat Negara (Setneg) mulai memesan souvenir yang harganya berkisar Rp 18 juta hingga Rp 50 juta perbiji (tergantung ukurannya). Rupanya Istana Kepresidenan begitu kesengsem atas souvenir buatan NPI, sehingga selain sering dijadikan cindera mata yang diberikan kepada tamu negara, belakangan saat SBY mengakhiri jabatannya pun, penggantinya Joko Widodo tetap meneruskan kebijakan pendahulunya dalam hal persouveniran.

" Puncaknya ya KTT IQRA, kami mendapat pesanan ratusan souvenir. Sampai sekarang, pesanan dari Istana masih terus berjalan," kata Roy tanpa bermaksud jumawa.

Bamset bergaya sebentar sebelum meninggalkan areal NPI (foto: dok pri)
Bamset bergaya sebentar sebelum meninggalkan areal NPI (foto: dok pri)

Sepertinya usaha Roy yang dirintis dari nol ini terus menggeliat, maklum beragam produk NPI bisa disebut tanpa pesaing yang berarti. Sehingga, selain pasar dalam negeri, berbagai porcelain NPI sejak tahun ....telah merambah negara- negara Eropa, Amerika dan belakangan Uni Emirat Arab. Tentunya hal tersebut sangat membanggakan, mengingat usia NPI baru 5 tahun.

Itulah sedikit gambaran perjalanan NPI , di mana bila bicara penghargaan baik tingkat Propinsi mau pun Nasional sepertinya sudah tak terhitung jumlahnya.Roy yang tinggal di Kota Salatiga, ternyata mampu membuktikan bahwa dari sebuah desa bernama Ngadirojo, porcelain buatan tangan anak- anak desa mampu menembus Istana Negara. Kendati begitu, pihaknya tak pelit ilmu.

"NPI membuka peluang pada siapa pun, khususnya pelajar untuk belajar membuat beragam porcelain, mulai proses awal berupa tanah liat hingga finishing. Silahkan datang berombongan, tentunya harus konfirmasi dulu waktunya agar kami bisa mengatur jadualnya," jelas Roy mengakhiri perbincangannya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun