Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Desa Ngadirojo, Menembus Istana Presiden

2 April 2019   17:34 Diperbarui: 2 April 2019   18:03 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Wi memperhatikan souvenir buatan NPI (foto: dok Roy)

Kendati masuk katagori usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), namun, berbagai produk yang dihasilkan Nuanza Porcelain Indonesia (NPI) di Dusun Dedegan, Desa Ngadirojo, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali mampu menempus Istana Presiden Republik Indobesia serta diekspor ke beberapa negara.

Penasaran dengan keberadaan NPI yang dirintis oleh Roy Wibisono Anang Prabowo (46) ini, Selasa (2/4) sore menggiring saya untuk menelusurinya ke Desa Ngadirojo  yang berjarak sekitar 15 kilometer dari Kota Salatiga. Tak sulit menemukannya, pasalnya, UMKM tersebut cukup dikenal warga karena mayoritas karyawannya merupakan warga desa setempat.

Seperti galibnya perusahaan yang menurut Roy Wibisono (biasa disapa Roy), di hari- hari biasa, terlihat kesibukan masing-masing karyawannya. Kendati suasananya relatif santai, namun nampak keseriusan pada gestur pekerjanya. " Monggo, silahkan kalau mau melihat- lihat pabrik kami," kata Roy saat menyambut kedatangan saya.

Rumah produk NPI, tak mewah namun nyaman (foto: dok pri)
Rumah produk NPI, tak mewah namun nyaman (foto: dok pri)

Lelaki kelahiran Kabupaten Kendal tanggal 8 Mei 1972 yang memulai usahanya dari nol ini, membiarkan saya berkeliling untuk melihat langsung proses pembuatan berbagai produk, mulai keramik lantai, piring, cangkir, patung, thropy, souvenir hingga pernak pernik lainnya berbahan baku tanah liat. Di sini terlihat proses pengerjaan mulai pembuatan, painting, penghalusan sampai packing.

Pengerjaan beragam barang porcelain (keramik) sepertinya membutuhkan tingkat kejelian yang sangat tinggi, pasalnya proses handmade yang mengandalkan kepiawaian tangan, tanpa modal ketelitian dipastikan akantak karuan bentuknya. Di sini saya jadi mahfum, kenapa produk NPI laku keras dan memiliki nilai jual tinggi.

Tanah liat bahan baku souvenir buatan NPI (foto: dok pri)
Tanah liat bahan baku souvenir buatan NPI (foto: dok pri)

Menggunakan bahan baku berupa tanah liat yang didatangkan dari Sukabumi, Jawa Barat, melalui proses pengerjaan yang njlimet (sulit bagi orang awam), tak mengherankan bila berbagai produk NPI mampu menembus pemasaran negara -- negara Amerika, Eropa hingga Uni Emirat Arab. Konon, ada sekitar 200 kepala negara di dunia juga menyimpan koleksi souvenir buatan NPI. Lho ? Bagaimana ceritanya para kepala negara bisa mengoleksi barang- barang produksi NPI ?

Cukup panjang cerita mengenai souvenir yang dibawa pulang oleh para kepala negara seusai kunjungan di Indonesia. Roy yang sejak duduk di bangku SMP sudah terbiasa hidup perihatin, memulai jiwa bisnisnya dengan menjadi loper Koran. Hingga meneruskan di SMA, dirinya saban hari harus bangun pk 03.00. " Saya menggoreng mendoan, tahu hingga pisang goreng , kemudian saya titipkan di kantin sekolah," ungkap Roy.

Dua karyawan tengah membuat aneka kerajinan (foto: dok pri)
Dua karyawan tengah membuat aneka kerajinan (foto: dok pri)

Cindera Mata Istana Presiden

Hingga akhirnya, saat Roy diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Semarang, dirinya mulai berupaya beternak ayam. Keuntungannya untuk membiayai kuliahnya. Sampai akhirnya, gelar sarjana di tangan, di tahun 1997, ia merantau ke Bogor, Jawa Barat dan bekerja di pabrik keramik. " Satu bulan penuh saya menggunakan Koran untuk alas tidur, karena memang tak mampu membeli kasur," jelas Roy serius.

Di pabrik keramik tempatnya bekerja, Roy yang sarjana kimia ditempatkan di bagian laboratorium yang bertugas meneliti kandungan kimiawi bahan baku. Kendati begitu, dirinya berupaya "mencuri" ilmu pembuatan beragam keramik dari mulai proses awal hingga finishingnya. Pasalnya, ia memiliki keinginan kuat mendirikan perusahaan keramik sendiri.

Setelah merasa cukup ilmu, Roy nekad mendirikan perusahaan keramik dengan pekerja hanya beberapa orang saja. Mengandalkan kepiawaian tangan dalam memproduksi berbagai barang berbahan tanah liat, akhirnya di tahun 2008 dirinya berani memasang merk dagang NPI. Maklum, meski omzet masih terbatas, namun produknya telah cukup dikenal masyarakat.

Porcelain yang masih setengah jadi lagi dikeringkan (foto: dok pri)
Porcelain yang masih setengah jadi lagi dikeringkan (foto: dok pri)

Tahun 2013, Roy memboyong UMKM yang dirintisnya ke Desa Ngadirojo, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Di sinilah awal berkibarnya NPI di dunia perkeramikan atau porcelain. Bulan Januari tahun depan, merupakan hari jadi NPI yang ke lima.Selama kurun waktu lima tahun tersebut, berbagai penghargaan mampu diraih oleh UMKM yang memilikin 70 karyawan tersebut.

Beragam penghargaan baik tingkat Provinsi Jawa Tengah mau pun nasional disematkan pada NPI. Seiring dengan bertumpuknya penghargaan, salah satu apresiasi yang diterimanya datang dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Di mana, souvenir berupa patung porcelain berbentuk penari Bali secara resmi dijadikan cindera mata untuk para kepala negara saat mengikuti KTT IQRA tahun 2017.

Souvenir pesanan Istana yang harganya aduhai (foto: dok pri)
Souvenir pesanan Istana yang harganya aduhai (foto: dok pri)

Tembus Pasar Dunia

Kendati souvenir- souvenir buatan NPI yang berupa patung porcelain berbalut emas di KTT IQRA telah dikoleksi ratusan kepala negara, namun menurut Roy, souvenir - souvenir itu sebenarnya menembus Istana Kepresidenan di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) , yakni di tahun 2013 atau setahun sebelum beliau lengser.

Ceritanya, ungkap Roy, di tahun 2013 digelar pameran inacraft di Jakarta Convention Centre. Karena NPI memang langganan tiap pameran, kesempatan tersebut tak dilewatkan begitu saja. Dengan mengusung berbagai produk unggulannya, termasuk patung penari Bali, NPI ikut menjajakan pernak pernik buatan tangan (handmade).

Beragam produk porcelain yang sudah jadi (foto: dokpri)
Beragam produk porcelain yang sudah jadi (foto: dokpri)

Kata orang bijak, nasib baik tak pernah salah pilih. Demikian juga dengan Roy, pameran inacraft di Jakarta Convention Centre ternyata dihadiri SBY. Kerennya, keberadaan beragam barang produk NPI mampu membetot perhatian orang nomor satu di Republik ini. " Sepertinya beliau waktu itu sedikit terpesona dengan produk kita," tutur Roy.

Terbukti, lanjutnya, hanya selang beberapa hari kemudian, pihak Sekretariat Negara (Setneg) mulai memesan souvenir yang harganya berkisar Rp 18 juta hingga Rp 50 juta perbiji (tergantung ukurannya). Rupanya Istana Kepresidenan begitu kesengsem atas souvenir buatan NPI, sehingga selain sering dijadikan cindera mata yang diberikan kepada tamu negara, belakangan saat SBY mengakhiri jabatannya pun, penggantinya Joko Widodo tetap meneruskan kebijakan pendahulunya dalam hal persouveniran.

" Puncaknya ya KTT IQRA, kami mendapat pesanan ratusan souvenir. Sampai sekarang, pesanan dari Istana masih terus berjalan," kata Roy tanpa bermaksud jumawa.

Bamset bergaya sebentar sebelum meninggalkan areal NPI (foto: dok pri)
Bamset bergaya sebentar sebelum meninggalkan areal NPI (foto: dok pri)

Sepertinya usaha Roy yang dirintis dari nol ini terus menggeliat, maklum beragam produk NPI bisa disebut tanpa pesaing yang berarti. Sehingga, selain pasar dalam negeri, berbagai porcelain NPI sejak tahun ....telah merambah negara- negara Eropa, Amerika dan belakangan Uni Emirat Arab. Tentunya hal tersebut sangat membanggakan, mengingat usia NPI baru 5 tahun.

Itulah sedikit gambaran perjalanan NPI , di mana bila bicara penghargaan baik tingkat Propinsi mau pun Nasional sepertinya sudah tak terhitung jumlahnya.Roy yang tinggal di Kota Salatiga, ternyata mampu membuktikan bahwa dari sebuah desa bernama Ngadirojo, porcelain buatan tangan anak- anak desa mampu menembus Istana Negara. Kendati begitu, pihaknya tak pelit ilmu.

"NPI membuka peluang pada siapa pun, khususnya pelajar untuk belajar membuat beragam porcelain, mulai proses awal berupa tanah liat hingga finishing. Silahkan datang berombongan, tentunya harus konfirmasi dulu waktunya agar kami bisa mengatur jadualnya," jelas Roy mengakhiri perbincangannya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun