Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Begini Kondisi Candi Plaosan di Klaten

30 Oktober 2018   17:41 Diperbarui: 30 Oktober 2018   17:46 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua candi kembar di areal Candi Plaosan (foto: dok pri)

Saya jadi termenung melihat kondisi Candi Plaosan (foto: dok pri)
Saya jadi termenung melihat kondisi Candi Plaosan (foto: dok pri)
Rupanya Andi dan Sari merupakan pasangan korban mitos yang menyebutkan bila pasangan kekasih berkunjung ke Candi Plaosan, maka diyakini hubungan keduanya bakal langgeng hingga uzur. Hal tersebut, ternyata tidak hanya dipercayai oleh Andi, tetapi banyak anak- anak muda lainnya yang menelan mentah adanya mitos itu.

Keberadaan mitos yang mampu melanggengkan pasangan bila mau mengunjungi Candi Plaosan, rupanya terkait erat dengan sejarah yang membalut dibangunnya candi ini. Dalam prasasti Cri Kahulunan tahun 842 Masehi, disebutkan bahwa Candi Plaosan Lor dibangun untuk Ratu Sri Kahulunan yang mendapat support penuh sang suami. Kisah asmara berbeda agama itu rupanya melekat erat di benak masyarakat sehingga memunculkan mitos tentang langgengnya pasangan yang mau berkunjung ke Candi Plaosan.

Tumpuan bebatuan di bagian barat Candi Plaosan (foto: dok pri)
Tumpuan bebatuan di bagian barat Candi Plaosan (foto: dok pri)
Terlepas dari adanya mitos atau tidak, kawasan Candi Plaosan memang memiliki daya pikat tersendiri. Terlebih lagi saat menjelang matahari terbenam, sinar matahari yang membalut kawasan candi terlihat sangat indah. Hanya sayang, bebatuan yang teronggok di setiap sudut cukup mengganggu pemandangan. Sisa peradaban masa lalu itu, harusnya mampu direstorasi sehingga bakal mengundang wisatawan manca negara.

Tumpukan bebatuan di bagian timur Candi Plaosan (foto: dok pri)
Tumpukan bebatuan di bagian timur Candi Plaosan (foto: dok pri)
Bila sekian ratus tahun yang lalu, ketika nenek moyang kita yang 100 persen buta huruf, ternyata mampu membangun candi- candi yang begitu indah, dengan arsitektur yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, kenapa setelah bangsa ini menjadi besar, di era teknologi yang sedemikian canggih, ternyata tak mampu merestorasinya ? Duh...Sangat disayangkan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun