Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Gereja Ayam, Rumah Doa bagi Semua Pemeluk Agama

16 Oktober 2018   18:35 Diperbarui: 16 Oktober 2018   21:00 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini tanjakan menuju Gereja Ayam , harus jalan kaki (foto: dok pri)

Bah ! Trus apa manfaatnya kalau dipandu seorang tunawicara? Memangnya dia bisa memberikan penjelasan? Karena kami pikir percuma adanya, akhirnya kami memilih tidak memasuki bangunan Gereja Ayam.

Lebih baik, kami menggali data melalui warga setempat saja. Wong maunya berdiskusi sembari ngobrol tentang sejarah berdirinya bangunan ini, malah diberi pemandu yang tak mampu berkomunikasi.

Penampakan utuh Gereja Ayam di sore hari (foto: dok pri)
Penampakan utuh Gereja Ayam di sore hari (foto: dok pri)
Berdasarkan keterangan warga, Gereja Ayam mulai dibangun di tahun 1990-an. Di mana, seorang pengusaha asal Jakarta yang bernama Daniel Alamsjah (75) mendapatkan mimpi untuk membangun rumah doa di lahan perbukitan yang belum dikenalnya. Karena mimpi yang sama terjadi berulangkali, akhirnya tahun 1988, dirinya berupaya menelisik sebuah bukit kecil di Desa Kembanglimus.

Setibanya di lokasi bukit tak bernama, Daniel sempat bermeditasi semalaman. Akhirnya, ia memutuskan bahwa lahan inilah yang dimaksud dalam mimpi- mimpinya. Karena sudah merasa mantap, tahun 1990-an dirinya melakukan pembebasan lahan.

Hingga tahun 1992, dimulailah pembangunan tempat ibadah umat Kristen. " Nama Bukit Rhema sendiri yang menamainya ya pak Daniel, artinya kalau tidak salah adalah firman hidup," ungkap warga yang menolak disebut namanya.

Gereja Ayam nampak dari samping kanan (foto: dok pri)
Gereja Ayam nampak dari samping kanan (foto: dok pri)
Karena memang medannya lumayan berat, maka pembangunan Gereja Ayam mengalami kendala. Bahkan, di tahun 1996, saat negara ini terkena dampak krisis moneter, proses pembangunan dihentikan.

Empat tahun kemudian, muncul penolakan warga yang kurang setuju atas keberadaan Gereja Ayam. "Penyebutan Gereja Ayam sebenarnya juga keliru, karena yang dianggap kepala ayam itu merupakan kepala merpati, simbol perdamaian," tutur warga yang sama.

Aula di lantai satu saat sore hari lampu dinyalakan (foto; dok pri)
Aula di lantai satu saat sore hari lampu dinyalakan (foto; dok pri)
Terbengkalai selama bertahun- tahun, akhirnya tahun 2014, Daniel kembali mengelola Gereja Ayam menjadi rumah doa bagi agama apa pun. Selain itu, konsep wisata religi, wisata edukasi dan wisata alam. Kebetulan, dari puncak Bukit Rhema, pengunjung mampu menikmati matahari terbit (sunrise) serta pegunungan Menoreh.

Apa yang disampaikan warga tersebut, memang benar adanya. Meski dikenal sebagai Gereja Ayam yang konotasinya merupakan tempat ibadah umat Kristiani, namun saat kami berkeliling, terlihat adanya mushola kecil lengkap dengan fasilitas wudlunya. Demikian catatan mengenai keberadaan Gereja Ayam yang sempat menarik perhatian produser film AADC 2 sehingga menjadikan lokasi ini tampil di layar lebar. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun