Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ilham, Remaja Cerdas Ini Lumpuh akibat SGB

10 Oktober 2018   14:45 Diperbarui: 10 Oktober 2018   16:59 3508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Siti saat menuturkan perihal penyakit anaknya (foto: dok pri)

Ilham Irfani (15) putra bungsu pasangan Nurhadi (56) dan Siti Robiah (53) warga Dusun Ploso RT 03 RW 03, Desa Pabelan, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang mengalami derita berkepanjangan. Akibat terserang Sindrom Guillain Barre (SGB), dirinya sudah dua tahun belakangan lumpuh tak berdaya. Seperti apa penderitaan bocah cerdas tersebut, berikut penelusurannya.

Rabu (10/10) siang, bersama seorang relawan asal Kecamatan Pabelan, saya mengunjungi Ilham di rumah orang tuanya untuk mengantarkan donasi dari hamba Allah. Anak bungsu dari empat bersaudara ini, terlihat tergeletak di kasur dengan tubuh yang sangat kurus. Dua kakinya hingga ke paha mengecil, tinggal tulang dibalut kulit. Sementara dua tangannya belakangan juga ikut ketularan sehingga susah beraktivitas.

Ilham didampingi relawan Pabelan, bu Tukini Iin (foto: dok pri)
Ilham didampingi relawan Pabelan, bu Tukini Iin (foto: dok pri)
Sorot matanya berbinar ketika melihat kami mengunjunginya, seakan menyimpan ekspektasi yang sangat besar. Tangannya yang lemah, dipaksa agar bisa menyalami kami. Ada satu kalimat yang membuat kami semua terenyuh, dirinya ingin sembuh dan mampu beraktivitas seperti galibnya remaja lainnya. " Siapa yang bisa mengobati saya pak," ungkapnya penuh harap.

Kondisi Ilham mirip bayi, untuk menggerakkan tubuhnya saja ia tak mampu. Duh...siapa pun yang punya hati, tidak bakal tega melihatnya terbaring di kasur. Untuk buang air mau pun buang air besar, harus dibantu ibu kandungnya. Demikian juga ketika perutnya didera lapar, ibunya menyuapinya. " Dulu saat masih bayi saya merawatnya dengan sangat hati- hati, eh sekarang di usianya yang ke 15, malah kembali seperti bayi," kata Siti.

Menurut Siti yang sehari- harinya menerima jahitan pakaian ini, kejadian yang merenggut masa depan Ilham, dimulai saat anaknya duduk di bangku kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pabelan. Di mana, ketika pulang sekolah, Ilmah mendadak merasakan kakinya tak lagi mampu menopang berat tubuhnya. Bagian kaki sebelah kanan Ilham, terasa kebas, diduga virus jahat SGB sudah mulai menyerangnya.

Begini kondisi Ilham sekarang ini, bobotnya tinggal 20 Kg (foto: dok pri)
Begini kondisi Ilham sekarang ini, bobotnya tinggal 20 Kg (foto: dok pri)
Demi melihat buah hatinya seperti itu, Siti segera membawanya ke Puskesmas Pabelan. Setelah menjalani pemeriksaan sebentar, diagnosa dokter mengatakan bahwa Ilham hanya kecapekan. " Katanya, setelah capeknya hilang akan kembali normal. Namun, yang terjadi malah sebaliknya," ungkap Siti.

Karena perkembangan kesehatan Ilham terus menerus memburuk, hingga akhirnya, oleh dokter Puskesmas memberikan rujukan ke RSUD Kota Salatiga. 

Melalui berbagai pemeriksaan, di sinilah terungkap penyebab kelumpuhannya. Dokter memastikan anak yang akan naik ke kelas 3 MI itu terserang SGB. Penyakit langka yang hanya menyerang 1:100.000 orang. Duh, nelangsanya nasip Ilham kecil. Kendati begitu, pihak dokter menyatakan akan sembuh bila rutin minum obat dan therapi.

Tidak Ada Perhatian Pemerintah

Memasuki kelas 4 MI, Ilham yang nilai raportnya rata- rata 9 ini, praktis mengalami kelumpuhan total. Kakinya semakin mengecil, untuk berangkat mau pun pulang sekolah, ia harus digendong bapaknya atau ibunya. "Karena bapaknya bekerja serabutan dan sering berangkat pagi, maka saya lebih sering mengantar dan menjemputnya," tutur Siti sembari menambahkan jarak menuju ke MI untungnya tak begitu jauh.

Hingga akhirnya, Ilham di tahun 2016 dinyatakan lulus dari MI dengan nilai NEM mencapai 26,1. Kendati kuota siswa baru asal luar kota hanya 10 persen, namun ia juga dinyatakan diterima di SMP Negeri IV Kota Salatiga. 

Sayang kegemberiaannya tak berlangsung lama, faktor ekonomi orang tuanya tidak memungkinkan untuk menyediakan biaya trasportasi antar jemput. Ilham terpaksa harus mengubur keinginannya sekolah di SMP favorit.

Bu Siti saat menuturkan perihal penyakit anaknya (foto: dok pri)
Bu Siti saat menuturkan perihal penyakit anaknya (foto: dok pri)
Karena minat belajarnya sangat tinggi, akhirnya Ilham mengikuti kegiatan belajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Mitra Harapan di Dusun Bawang, Desa Tukang, Kecamatan Pabelan, kabupaten Semarang yang berjarak sekitar 15 kilometer dari rumahnya. "Saat ini Ilham tercatat sebagai siswa kelas 3 Kejar Paket B," jelas ibunya.

Untuk berangkat ke PKBM Mitra Harapan, Ilham dengan didampingi ibunya harus naik ojek, pulang pergi tarifnya Rp 50.000. Di mana, setelah tiba di lokasi, dibantu guru- guru lainnya, Ilham digendong selanjutnya didudukkan di bangku. Begitu pun saat pelajaran usai, ia kembali digendong hingga tubuhnya duduk di jok sepeda motor.

Bertahun-tahun Ilham mengalami masa sulit, meski begitu, ia tetap antusias mengantongi ijasah Kejar Paket B. Baginya, kaki boleh lumpuh namun otaknya harus encer. "Saya ingin otak saya nantinya bermanfaat dan tidak bergantung pada orang lain," kata Ilham.

Hampir 6 tahun terjangkit penyakit langka, tetapi rupanya pihak pemerintah Kabupaten Semarang (dalam hal ini Dinas Kesehatan) sepertinya kurang memberikan perhatian terhadap diri Ilham. 

Menurut ibunya, sampai sekarang belum pernah ada utusan dinas terkait untuk sekedar mendalami penyakit yang diderita Ilham. "Satu- satunya bantuan yang pernah diterima hanya sebatas kursi roda dari Program Keluarga Harapan," ungkap Siti.

Bu Siti dengan yah kandungnya di rumahnya (foto: dok pri)
Bu Siti dengan yah kandungnya di rumahnya (foto: dok pri)
Berat Tinggal 20 Kilogram                     

Kursi roda yang merupakan bantuan satu- satunya dari pemerintah itu, kata Siti, belakangan menganggur. Pasalnya, kondisi Ilham terus memburuk. Bila sebelumnya kelumpuhan hanya menyerang di bagian kaki, sekarang dua tangan remaja tersebut sudah mendekati lumpuh. Baik tangan kanan mau pun kiri, dagingnya raib, sehingga menyerupai dua kakinya, yakni tinggal tulang dibalut kulit.

Dua tangan yang vital itu, untuk sekedar berjabat tangan saja kesulitan. Menurut Ilham, tangannya seakan tak bertenaga. Begitu pun otot punggungnya, sekarang juga kehilangan tenaga. Bila sebelumnya saat berbaring mampu duduk sendiri, dalam satu tahun terakhir perlu bantuan orang lain ketika ingin duduk.

Ilham mengakui, nafsu makannya tidak berubah sedikit pun, apa pun makanan yang tersaji mampu dinikmatinya. Namun, kendati begitu, sepertinya gizi dan nutrisi yang masuk ke tubuhnya tak bisa dicerna dengan baik. Terbukti, tubuhnya makin kurus, bahkan bobotnya tinggal tersisa 20 kilogram di usianya yang 15 tahun.

Dengan bobot yang hanya 20 kilogram, praktis Ilham tak mampu beraktivitas apa pun. Bergeser sedikit harus dibantu sang ibu, demikian pula ketika ingin duduk, ia harus memanggil ibunya. "Apa pun keperluan di luar yang membutuhkan waktu cukup lama, tak mungkin bisa saya lakukan. Karena setiap saat Ilham butuh saya," ujar ibu yang luar biasa ini.

Bertahun- tahun berurusan dengan medis, baik melalui obat mau pun therapi, menurut Siti, sepertinya tidak ada indikasi kesembuhan pada diri putra bungsunya. Ia hanya berharap, suatu saat akan datang mukjizat melalui tangan- tangan dokter sehingga Ilham kembali sehat. "Setiap malam saya selalu meminta Allah agar menyembuhkannya. Hanya itu permohonan saya, bukan yang lain," kata Siti menutup pembicaraan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun