Sayang kegemberiaannya tak berlangsung lama, faktor ekonomi orang tuanya tidak memungkinkan untuk menyediakan biaya trasportasi antar jemput. Ilham terpaksa harus mengubur keinginannya sekolah di SMP favorit.
Untuk berangkat ke PKBM Mitra Harapan, Ilham dengan didampingi ibunya harus naik ojek, pulang pergi tarifnya Rp 50.000. Di mana, setelah tiba di lokasi, dibantu guru- guru lainnya, Ilham digendong selanjutnya didudukkan di bangku. Begitu pun saat pelajaran usai, ia kembali digendong hingga tubuhnya duduk di jok sepeda motor.
Bertahun-tahun Ilham mengalami masa sulit, meski begitu, ia tetap antusias mengantongi ijasah Kejar Paket B. Baginya, kaki boleh lumpuh namun otaknya harus encer. "Saya ingin otak saya nantinya bermanfaat dan tidak bergantung pada orang lain," kata Ilham.
Hampir 6 tahun terjangkit penyakit langka, tetapi rupanya pihak pemerintah Kabupaten Semarang (dalam hal ini Dinas Kesehatan) sepertinya kurang memberikan perhatian terhadap diri Ilham.Â
Menurut ibunya, sampai sekarang belum pernah ada utusan dinas terkait untuk sekedar mendalami penyakit yang diderita Ilham. "Satu- satunya bantuan yang pernah diterima hanya sebatas kursi roda dari Program Keluarga Harapan," ungkap Siti.
Kursi roda yang merupakan bantuan satu- satunya dari pemerintah itu, kata Siti, belakangan menganggur. Pasalnya, kondisi Ilham terus memburuk. Bila sebelumnya kelumpuhan hanya menyerang di bagian kaki, sekarang dua tangan remaja tersebut sudah mendekati lumpuh. Baik tangan kanan mau pun kiri, dagingnya raib, sehingga menyerupai dua kakinya, yakni tinggal tulang dibalut kulit.
Dua tangan yang vital itu, untuk sekedar berjabat tangan saja kesulitan. Menurut Ilham, tangannya seakan tak bertenaga. Begitu pun otot punggungnya, sekarang juga kehilangan tenaga. Bila sebelumnya saat berbaring mampu duduk sendiri, dalam satu tahun terakhir perlu bantuan orang lain ketika ingin duduk.
Ilham mengakui, nafsu makannya tidak berubah sedikit pun, apa pun makanan yang tersaji mampu dinikmatinya. Namun, kendati begitu, sepertinya gizi dan nutrisi yang masuk ke tubuhnya tak bisa dicerna dengan baik. Terbukti, tubuhnya makin kurus, bahkan bobotnya tinggal tersisa 20 kilogram di usianya yang 15 tahun.
Dengan bobot yang hanya 20 kilogram, praktis Ilham tak mampu beraktivitas apa pun. Bergeser sedikit harus dibantu sang ibu, demikian pula ketika ingin duduk, ia harus memanggil ibunya. "Apa pun keperluan di luar yang membutuhkan waktu cukup lama, tak mungkin bisa saya lakukan. Karena setiap saat Ilham butuh saya," ujar ibu yang luar biasa ini.