Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mendulang Rupiah dari Sabana Tepian Rawa

5 Oktober 2018   15:48 Diperbarui: 6 Oktober 2018   12:15 4429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Areal yang berbahaya diberi tanda peringatan (foto: dok pri)

Menurut Moh Sabar, munculnya sabana di tepi Rawa Pening sebenarnya merupakan hal yang biasa, bahkan terjadi saban tahun. Yang mana, saat musim kemarau tiba, permukaan air di Rawa dipastikan mengalami penyusutan. 

"Sabana ini akan berakhir ketika hujan turun. Tidak usah lama- lama, turun satu jam saja, pengunjung bakal sepi," ungkapnya.

Areal yang berbahaya diberi tanda peringatan (foto: dok pri)
Areal yang berbahaya diberi tanda peringatan (foto: dok pri)
Dibesarkan Medsos

Kendati terjadi saban musim kemarau, lanjut Moh Sabar, namun di tahun- tahun sebelumnya tidak seramai sekarang. Penyebabnya, pengunjung hanya sebatas warga setempat dan tak meramaikannya di medsos. 

"Seperti yang terjadi tahun 2017 lalu, juga muncul sabana, tetapi karena musim kemaraunya relatif pendek, maka kemunculannya belum mengundang perhatian publik," jelasnya.

Berbeda dengan sabana di pegunungan, ungkap Moh Sabar, padang rumput di tepian Rawa Pening terbentuk dari endapan lumpur dan kompos akibat pembusukan eceng gondok. Ketika semuanya mengering maka bisa menahan beban manusia, sebaliknya saat kondisinya basah, kaki orang yang melewatinya dipastikan bakal terperosok.

Mantan pacar ikut menikmati sabana (foto: dok pri)
Mantan pacar ikut menikmati sabana (foto: dok pri)
Apa yang diungkapkan Moh Sabar dibenarkan oleh Juremi (70) warga Dusun Calombo, menurutnya tepian Rawa Pening merupakan areal persawahan milik Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah. Di mana, di zaman pemerintahan kolonial Belanda, seluruh lahan yang berada di pingir Rawa, diambil alih pihak Belanda.

Selanjutnya, kata Juremi, saat air agak surut, lahan- lahan itu digarap oleh penduduk yang berprofesi sebagai petani. Namun, jelang hujan sawah tak bisa ditanami karena digenangi air. "Yang namanya bekas sawah, kalau mengering ya tumbuh rumput. Tapi kalau hujan, ya tidak bisa dilewati kecuali mau terperosok," ujar Juremi setengah slengekan.

Sejauh mata memandang nampak rerumputan (foto: dok pri)
Sejauh mata memandang nampak rerumputan (foto: dok pri)
Petuah Juremi benar adanya, di kawasan New Sabana warga terlihat memasang tali raffia dan menuliskan peringatan agar wisatawan tidak melewati areal tersebut. Ketika saya coba memasukinya, tanah yang diinjak terasa empuk serta ada kecenderungan amblas ke bawah hingga mata kaki. Sementara lahan yang masuk areal bebas, terlihat mengalami retak-retak.

Tanah retak eks perairan Rawa Pening (foto: dok pri)
Tanah retak eks perairan Rawa Pening (foto: dok pri)
Terlepas dari ramainya pemberitaan melalui medsos atau tidak, namun langkah sigap Karang Taruna setempat layak diapresiasi. Dengan adanya fenomena sabana di desanya masing-masing, mereka bertindak cepat mengantisipasi membludaknya pengunjung dengan menarik restribusi dan memasang rambu-rambu peringatan agar tak membuat celaka wisatawan.

Hal yang lucu dengan kemunculan sabana ini, di beberapa lokasi terlihat sampan mau pun jaring nelayan yang teronggok. Diduga, surutnya permukaan air dalam tempo singkat, membuat pemiliknya tak sempat memindahkannya ke tepian Rawa Pening. Oleh banyak pengunjung, sampan-sampan kosong dijadikan tempat berselfie.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun