Sebelumnya, dari pihak Kepala Desa Kauman Lor, Suharno yang diwakili oleh anaknya yang bernama  Indri sempat memprotes keberadaan mbah Yahmi. Menurutnya, di Dusun Getas, Desa Kauman Lor tempat ayahnya memimpin, tak tercatat warga yang memiliki nama Suyahmi dan tinggal di lingkungan RT 5 RW 2. Setelah dijelaskan, Indri meminta maaf serta menyatakan ayahnya bakal hadir di hari H.
Dipaksa Menangis
Hingga hari yang ditentukan, relawan sudah mengirim seluruh kebutuhan material. Dengan kekuatan sekitar 50 orang, dibantu warga setempat, pekerjaan bedah rumah langsung dikerjakan.
Ketika relawan pria meratakan bangunan papan, relawan wanita yang terdiri atas ibu- ibu langsung mengecat kalsibot sebagai bahan dinding. Mereka bahu membahu di tengah cuaca panas yang menyengat.
Begitu pun Bamset selaku penanggungjawab proyek akhirat ini, ia juga turun tangan memanggul kayu hingga mengaduk semen. Menurutnya, tak elok bila dirinya berdiam diri sementara puluhan relawan bermandi peluh. Â " Posisi apa pun, di lapangan pangkatnya tetap sama, yakni relawan," kata Bamset.
Butuh waktu 3 hari untuk menyelesaikan bedah rumah milik mbah Yahmi, hingga Selasa (2/10) sore, saat rumah mungil, sederhana namun hangat sudah berdiri, relawan menutup kegiatannya.
Selanjutnya, untuk pembuatan teras mau pun plester lantai diserahkan pada warga. Terkait hal tersebut, mereka harus berpamitan kepada mbah Yahmi.
Hal ini tentunya memancing reaksi relawan lainnya untuk ikut menangis secara berjamaah. Bamset mengaku urat takutnya berhadapan dengan siapa pun sudah putus, namun, ketika menghadapi duafa renta, lumpuh dan tuli, ia tidak kuasa menahan haru.