Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rumah Sederhana untuk Nenek Dhuafa

8 Agustus 2018   13:56 Diperbarui: 8 Agustus 2018   17:18 1746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pimpro bedah rumah sempat pusing kepala (foto: dok pri)

Hingga waktu yang telah ditentukan, sedikitnya 50 relawan tiba di lokasi. Sementara material secara keseluruhan sudah dipindahkan warga, begitu pun dengan genting mau pun usuk, semuanya sudah diturunkan. Hanya yang menjadi masalah, ternyata tiang blandar hingga kuda- kuda rumah, ternyata tak satu pun yang bisa dipakai karena dimakan rayap.

Tebang pohon untuk tiang pengganti (foto: dok pri)
Tebang pohon untuk tiang pengganti (foto: dok pri)
Padahal, material yang disiapkan Relintas tak dilengkapi dengan tiang untuk kuda- kuda. Akhirnya, melalui diskusi singkat, diputuskan menebang tiga batang pohon milik warga. Artinya, agenda bedah rumah berganti mendirikan rumah baru karena seluruh material rumah yang lama tidak mampu dimanfaatkan. "Jadi, hampir setengah hari, relawan hanya menunggu penebangan pohon berikut pembuatan bahan,"jelas Bamset yang mengaku sempat pusing memikirkan hal ini.

Pk 13.00, selepas makan siang bersama warga, pembuatan tiang blandar mau pun kuda- kuda telah selesai. Maka, aksi segera dimulai guna mengejar tenggat waktu. Hampir dua jam penuh para relawan dan warga bahu membahu, hasilnya rangka rumah dinyatakan siap dipasang usuk. Tepat pk 17.00, seluruh genting terpasang sehingga dinding kalsiboard segera dipasang.

Mbah Waliyah dengan para relawan yang merawatnya (foto: dok pri)
Mbah Waliyah dengan para relawan yang merawatnya (foto: dok pri)
Jelang maghrib, seluruh pekerjaan dihentikan. Kesepakatan dibuat, bedah rumah akan dilanjutkan esok harinya dengan dukungan dua warga setempat yang kesehariannya berprofesi sebagai tukang kayu. " Stamina rekan- rekan sudah habis, jadi akan diteruskan Senin dan Selasa," kata Bamset.

Karena tinggal finishing dan pengerjaan teras, akhirnya Senin (7/8) seluruh pekerjaan berhasil dituntaskan.

Di sinilah muncul keharuan, mbah Waliyah yang selama bedah rumah diungsikan ke rumah warga, ia seperti tak sabar untuk menempati rumah barunya. Nenek yang telah pikun itu, segera bergegas pulang. Duh ! Gestur mau pun wajah duafa ini terlihat bahagia saat memasuki pintu rumahnya, bahkan, dirinya memaksa para relawan untuk berfoto bersama.

Akhirnya rumah sederhana itu jadi juga (foto: dok pri)
Akhirnya rumah sederhana itu jadi juga (foto: dok pri)
Itulah catatan energi baik yang ditularkan Relintas, mereka bahu membahu berupaya membuat duafa renta tersenyum. Selanjutnya, ke depan kebutuhan mbah Waliyah tetap akan dijamin oleh relawan.

Menurut Bamset sendiri, Relintas nantinya akan kembali membedah rumah milik duafa- duafa di wilayah Kabupaten Semarang. " Jangan mengenal kosa kata penat dalam berbagi," ujarnya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun