Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Begini Kondisi Museum "Louvre Paris" di Boyolali

17 Juli 2018   16:08 Diperbarui: 17 Juli 2018   16:19 1377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajah Museum R. Hamong Wardoyo (foto: dok pri)

Triyani (32) warga Desa Urut Sewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali ketika dikonfirmasi mengenai museum tersebut, mengaku baru mendengarnya sekarang namun tidak mengetahui lokasinya. " Entah saya yang kurang dolan (main) atau memang publikasinya yang kurang, yang pasti nama itu baru saya dengar sekarang," jelasnya.

Guci kuno yang ditemukan di Musuk (foto: dok pri)
Guci kuno yang ditemukan di Musuk (foto: dok pri)
Begitu pun dengan Sumarsih (65) warga Desa Jaten, Kecamatan Klego, Kabupaten yang sama, ia merasa asing dengan keberadaan museum R. Hamong Wardoyo. Menurutnya, dulu pernah mendengar rencana pembangunan museum itu, tetapi hingga sekarang dirinya belum mengetahui persis lokasinya. " Mungkin pihak pengelola kurang optimal dalam sosialisasi keberadaan museum itu," ungkap pensiunan guru tersebut.

Jesicha & Jonas wisatawan asal Jakarta (foto: dok pri)
Jesicha & Jonas wisatawan asal Jakarta (foto: dok pri)
Sedangkan Yesicha (15) dan adiknya yang bernama Jonas (11) asal Jakarta Barat , ketika ditemui di museum juga mengaku terheran- heran dengan sepinya pengunjung. Sebab, menurutnya, museum  R. Hamong Wardoyo harusnya bisa menjadi destinasi wisata edukasi. " Sepertinya minat masyarakat, khususnya pelajar terhadap sejarah mulai berkurang," jelas Yesicha.

Apa yang diungkapkan Yesicha sepertinya perlu ditindaklanjuti, untuk menjadi destinasi wisata edukasi, pihak pengelola harus getol menjalin kerja sama dengan guru- guru SD, SMP hingga SMA/SMK agar menggiring siswanya ke museum ini. Begitu pun perihal koleksi,peninggalan- peninggalan purbakala seantero Kabupaten Semarang segera disisir serta disatukan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun