Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Indonesia Harusnya Belajar ke Dusun Thekelan

29 Mei 2018   17:34 Diperbarui: 30 Mei 2018   11:41 5876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: thekelan.blogspot.com

Kembali pada peringatan hari keagamaan, menjelang Natal, saat umat Kristiani menghiasi kampung dengan pernak pernik Natal, warga non Kristiani juga ikut terlibat. Hingga tiba di hari H, saat pemeluk agama Kristen menggelar kebaktian di Gereja, warga lainnya dengan sabar menunggunya di luar. Mereka menanti sekaligus menjaga prosesi kebaktian.

Warga non Budha menyalami pemeluk Budha (foto: dok MVT)
Warga non Budha menyalami pemeluk Budha (foto: dok MVT)
Usai kebaktian, dengan dipimpin pendeta, umat Kristen satu persatu keluar dari Gereja dan berdiri berjajar di sepanjang jalan. Setelah pendeta menyampaikan ucapan terima kasih, seluruh warga penghuni Dusun Thekelan menyalami pemeluk agama Kristen sembari berpelukan. Jelas ada keharuan di situ, karena meski berada di gunung, namun keberagaman mampu terjaga secara utuh.

Lantas, bagaimana di hari Raya Idhul Fitri ? Kiranya momen serupa juga senantiasa digelar. Di mana, ketika umat Muslim tengah menggelar sholat Ied, warna non Muslim dengan setia menunggunya di luar Masjid. Begitu prosesi sakral selesai, warga pemeluk agama Kristen mau pun Budha langsung menyalami saudaranya yang akan merayakan hari Raya. Tak ada sekat sedikit pun, bahkan berbagi ketupat dan opor pun jadi hal yang lumrah adanya.

Itulah sedikit gambaran toleransi beragama di punggung Gunung Merbabu, di Dusun berpenduduk 175 KK ini, segala sesuatunya berjalan secara damai dan tentram. Tidak ada yang memaksakan kehendak sedikit pun, semuanya mengikuti ritme kehidupan sewajarnya. Oh ! Keren. Sepertinya, Indonesia layak belajar ke Thekelan. Sungguh, datanglah ke sini bila ingin menemukan kedamaian. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun