Kehidupan Tayem (80) janda uzur asal Dusun Gejugan  RT 24 RW 05, Cukilan, Suruh, Kabupaten Semarang benar-benar sangat menyedihkan. Selain tinggal di rumah yang tak layak, ia juga bertahun-tahun makan dengan lauk bubuk kacang tanah olahan sendiri.
Apa yang disebut rumah tempat tinggal Tayem, sebenarnya lebih mirip gubuk berukuran sekitar 3 X 6 meter, terletak cukup jauh dari para tetangganya. Bangunan yang dibuat menggunakan material papan dan anyaman bamboo tersebut, sudah terlihat lapuk. Sana sini banyak lubang sehingga, tanpa menggunakan pendingin udara pun, di dalam ruangan terasa sejuk. Pasalnya, angin leluasa menerobos masuk.
Tayem tinggal sendirian, satu-satunya anak semata wayangnya tinggal cukup jauh, celakanya ekonomi sang anak juga kembang kempis. Untuk mengisi hari tuanya, Tayem memelihara beberapa ekor ayam yang saban malam juga tidur di dalam gubuk miliknya. Artinya, rumah yang ditempatinya juga merangkap sebagai kandang ayam.
"Kita yang sehat sulit membayangkan seandanya mbah Tayem mendadak masuk angin, begitu pun ketika hujan, dengan kondisi rumah seperti itu, kita khawatir terjadi apa- apa yang tak kita inginkan," kata Kartini Riko, salah satu relawan Lentera Kasih untuk Sesama (Lensa) Kota Salatiga, Selasa (6/2) siang.
Menurut Kartini yang rutin menyambanginya, Tayem sebenarnya sangat kurang nutrisi. Sebab, saban hari dirinya hanya makan nasi ditemani lauk berupa bubuk kacang yang diolahnya sendiri. Kadang, saat nasib baik berpihak padanya, ada tetangga yang memberi sayuran. Selebihnya, sarapan, makan siang hingga makan malam, menu lauknya tetap, yakni bubuk kacang.
"Beliau sudah sejak bulan Desember jadi sasaran bantuan Lensa, setiap dua minggu sekali, kita mengirim sembako ke rumah mbah Tayem," ungkap Kartini.
Bedah Rumah
Secara kasat mata, gubuk yang ditinggali Tayem terlihat tak layak dihuni, apa lagi oleh perempuan sepuh seperti dirinya. Di mana, dari ruangan dalam, nampak jelas banyaknya lubang-lubang di dinding anyaman bambu. Begitu pun lantai tanah liat, saat terkena percikan air, menjadi licin dan rawan menjatuhkan penghuninya.
Namun, kendati hidup serba menyedihkan, Tayem tak kehilangan selera humornya. Ia selalu tersenyum menyambut tamu yang berkunjung ke rumahnya. Sedangkan perabot rumahnya yang serba tradisional, terlihat cukup terawat. "Kalau pas tak ada pekerjaan, saya bersih- bersih rumah," ungkapnya dalam bahasa Jawa.