Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nestapa Pasutri Renta di Ambarawa

26 Januari 2018   15:11 Diperbarui: 27 Januari 2018   19:22 2105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dapur untuk memasak pasutri sepuh tersebut (foto: dok pri)

Konsekuensi pemakaian kateter ini, Kaembi saban bulan harus datang ke mantri kesehatan untuk menggantinya. Sebab, bila tak diganti, air kencingnya tak mampu keluar. Selain itu, ia juga waspada saat kantong plastiknya sudah penuh, perlu segera dibuang isinya. "Kalau tidak dibuang, air kencing jadi mempet," ungkapnya.

Kadus Tambak Selo yang mendampingi saya (foto: dok pri)
Kadus Tambak Selo yang mendampingi saya (foto: dok pri)
Belum tuntas gangguan kandung kemihnya, Kaembi belakangan juga susah berjalan. Untuk menuju dapur, mengambil air atau keperluan lainnya, ia harus menggunakan tongkat penyangga. Duh, lengkap sudah deritanya. Didera penyakit yang belum tersembuhkan, masih merawat sang istri yang lumpuh.

Ketika saya tanya tentang keberadaan kartu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan, Kaembi mengeluarkan beragam dokumen keluarga yang tersimpan di tas kresek. Ternyata, isinya hanya KTP (Kartu Tanda Penduduk) edisi lama plus Kartu Perlindungan Sosial (KPS). Dirinya juga tak paham tentang fungsi BPJS mau pun KPS, yang diketahuinya, apa pun program pemerintah, kehidupannya tetap melarat.

Kakek Kaembi menerima bantuan dari hamba Allah (foto: dok pri)
Kakek Kaembi menerima bantuan dari hamba Allah (foto: dok pri)
Hampir 30 menit kami berbincang di ruangan pengap tersebut, menjelang berpamitan, saya serahkan amplop berisi uang bantuan dari seorang hamba Allah. Tanpa menunggu lebih lama, bibirnya mengalir beragam doa-doa. Sembari menggenggam tangan saya, mulutnya terus komat kamit. Ada perasaan sesak di dada melihat secara langsung derita pasutri renta itu.

Saya sangat bersyukur, tubuh sehat dan mampu makan tiga kali sehari. Ya Allah, kenapa Engkau berikan cobaan yang berat terhadap dhuafa ini? Dalam perjalanan menuju lokasi lainnya, saya harus mengepresiasi Kaembi. Cintanya terhadap sang istri, ternyata tidak tergerus oleh kejamnya alam. Terbukti, hingga usia uzur pun, dirinya setia menemani mantan kekasihnya. Entah sampai kapan pemerintah berdiam diri, sebab, idealnya mereka berada di panti jompo, bukan tinggal  di dekat kandang. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun