Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nestapa Pasutri Renta di Ambarawa

26 Januari 2018   15:11 Diperbarui: 27 Januari 2018   19:22 2105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasutri renta yang bernasip malang (foto: dok pri)

Saat umurnya makin uzur, pasangan suami istri (Pasutri) Kaembi (70) dan  Sukinah (68) warga Dusun Tambak Selo RT 5 RW 2, Desa Pasekan, Ambarawa, Kabupaten Semarang , bukannya menjalani sisa usianya dengan bahagia. Sang kakek mengalami gangguan kandung kemih, sementara sang nenek lumpuh, buta serta bisu.

Keberadaan pasutri yang didera nestapa ini, baru terdeteksi oleh relawan di akhir bulan Desember tahun lalu. Penasaran dengan nasib mereka, akhirnya saya bertandang ke rumahnya yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Salatiga. Kebetulan, ada hamba Allah yang menitipkan bingkisan, sehingga harus segera saya sampaikan pada pasangan dhuafa ini.

Sempat "dihajar" di empat titik, akhirnya tiba juga di Desa Pasekan. Setelah mengontak Kepala Dusun (Kadus)  Tambak Selo yang bernama Wahyu Astuti, saya diantar menemui pasutri malang tersebut. Dalam perjalanan, Bu Kadus menjelaskan bahwa pihak pemerintahan desa sebenarnya sudah memberikan perhatian terhadap Kaembi mau pun Sukinah. Hanya karena keterbatasan, maka bantuan-bantuan itu kurang optimal.

Sebelum tiba di ruangan yang dijadikan kamar Kaembi dan istrinya, kami melewati kandang serta dapur. Kondisi dapurnya lumayan memprihatinkan, terasa sejuk karena dinding anyaman bambu sudah banyak berlobang, akibatnya angin leluasa menerobos masuk. Otomatis, panasnya tungku tak terasa karena tiupan angin dari luar.

Dapur untuk memasak pasutri sepuh tersebut (foto: dok pri)
Dapur untuk memasak pasutri sepuh tersebut (foto: dok pri)
Hingga memasuki kamar tidur berukuran 2,5 kali 3 meter, duh... ada perasaan terenyuh yang mendalam. Bau spesifik, perpaduan pesing, apek hingga minyak gosok berkolaborasi menusuk hidung. Sementara berbagai barang terlihat memenuhi tempat sempit itu, rupanya Kaembi sama sekali tak mempunyai selera dalam hal desain ruang. Sehingga, pakaian mau pun barang lainnya hanya dibiarkan teronggok.

Pasutri renta tersebut tengah duduk di ranjang yang (maaf) jauh dari layak, kasurnya kumal parah. Usai menyalami Kaembi, saya menyalami  Sukinah, perempuan itu langsung menangis sesenggukan. Ia tak menyangka, kedatangan tamu dari jauh. Mulutnya terkunci, tidak mengeluarkan kata- kata. " Dia sudah empat tahun bisu, lumpuh dan matanya juga tidak bisa melihat," kata Kaembi sembari berkaca- kaca.

Menurut Kaembi, awalnya istrinya usai mandi sore, mendadak ia tak mampu bicara dan mengalami kelumpuhan. Secara perlahan, dua matanya juga mulai rabun hingga akhirnya tidak mampu melihat apa pun. Semenjak saat itu, kehidupan Sukinah  hanya terbatas di atas ranjang. Segala keperluannya dilayani sang suami, mulai buang air besar , buang air kecil, makan minum harus dibantu.

Karena ruangan sempit tak hanya berfungsi menjadi tempat tidur, melainkan juga berfungsi ganda sebagai toilet, maka tidak perlu heran bila kondisinya sangat memprihatinkan. Selain lembab, baunya bisa dibayangkan sendiri. Pokoknya, sedap. Saat  Sukinah saya pijit pundaknya, ia tertawa kegirangan.

Nenek Sukinah sempat tertawa (foto: dok pri)
Nenek Sukinah sempat tertawa (foto: dok pri)
Derita Makin Lengkap

Bertahun-tahun merawat sang istri dengan penuh cinta kasih, belakangan, Kaembi juga didera penyakit. Gangguan di kandung kemihnya, membuatnya tak mampu buang air kecil. Setelah menjalani pemeriksaan medis, dipasang kateter untuk menampung air kencingnya. Ke mana pun pergi, kantong plastik berikut selangnya harus dibawa.

Kaembi mengaku pernah menjalani opname di RSUD Ambarawa, namun, penyakitnya tetap betah ngendon di tubuhnya. Saat ditanya apa jenis penyakitnya, ia tak mampu menjelaskannya. "Kata pak dokter, ini gangguan syaraf," jelasnya tanpa memerinci syaraf mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun