Kendati Lentera Kasih untuk Sesama (Lensa) Â belum lama berdiri di Kota Salatiga, namun, sepak terjangnya dalam berbagi dengan mengabaikan Suku Agama Ras dan Antar golongan (SARA) layak diapresiasi. Nyaris tiap pekan mereka bergerak menyambangi kaum papa untuk membagikan berbagai barang kebutuhan agar orang- orang terpinggirkan tersebut mampu sedikit menikmati kebahagiaan.
Hampir setiap hari Minggu, saat orang lain tengah menikmati liburannya, puluhan anggota komunitas Lensa mengisi hari liburnya dengan caranya sendiri. Berkumpul di halaman gedung Korpri di kawasan Kridanggo Kota Salatiga, mereka mengumpulkan berbagai barang serta sembako. Usai menggelar rapat kecil, mereka langsung bergerak ke titik- titik yang telah ditentukan.
Titik yang ditentukan, mayoritas datang dari kaum marjinal seperti janda dhuafa, duda sebatang kara atau anak-anak yatim piatu yang didera kemiskinan akut. Tak jarang, sasaran yang disambangi merupakan sosok miskin yang kondisi ekonominya sangat memprihatinkan. " Rumah yang ditinggali mirip kandang, karena mereka tidur bersama ayam-ayamnya," kata Sasha, Sekretaris Lensa Kota Salatiga, Kamis (2/11) siang.
" Setelah data target dirasa valid, kami segera mengagendakan eksekusinya. Rata- rata setiap minggu kami mengeksekusi 10 sampai 20 orang kaum dhuafa," ungkap Sasha.
Beragam barang yang dibutuhkan, lanjut Sasha, semua berdatangan dari anggota Lensa mau pun donatur yang menolak disebutkan namanya. Tugas personil Lensa, selanjutnya mendistribusikannya agar tepat sasaran. Dalam hal ini, pergerakan Lensa tak terbatas di wilayah Kota Salatiga saja, sebab, tiap berbagi Lensa juga merambah masyarakat pedesaan di Kabupaten Semarang.
Demikian pula dengan anggota Lensa, tidak semuanya warga Kota Salatiga. Bahkan, Sasha sendiri merupakan warga Kabupaten Semarang yang sehari- harinya beraktivitas di kota kecil ini. " Karena personilnya juga lintas wilayah dan lintas agama, tentunya sasaran kami juga mengesampingkan soal SARA," jelas Sasha.
Mengabaikan masalah SARA, memang membuat komunitas Lensa menjadi solid. Di mana, sekat-sekat status sosial yang dirasa berpotensi menghambat pergerakan komunitas, sejak awal disepakati untuk dibuang jauh-jauh. Terkait hal tersebut, personil Lensa memiliki beragam latar belakang yang melebus dalam Lensa.
Apa yang disampaikan Sasha tentang  keberadaan Lensa yang mengabaikan SARA, baik soal keanggotaan mau pun sasaran target yang dibidik memang menarik. Hal ini terlihat pada komunitas yang dipimpin oleh Tri Wijaya alias Atha, seorang prajurit Polri  berpangkat bintara. Di mana, kendati sehari-harinya merupakan abdi Bhayangkara, tapi saat berada di komunitasnya, Atha selalu menanggalkan seragamnya.
Dalam penjelasannya, Atha yang dikenal sebagai anggota Polri gaul ini, mengakui bahwa Lensa memang baru berdiri sekitar 3 bulan lalu. Meski begitu, embrionya sudah ada sejak dua tahun lalu dengan nama Rakyat Peduli Salatiga (RPS). Karena RPS belakangan stagnan, akhirnya atas inisiatif orang-orang yang peduli, dibentuklah Lensa." Jadi kegiatan berbagi ini sebenarnya telah dimulai sejak tahun 2016 lalu," ungkapnya.
Menurut Atha, meski dirinya sehari- harinya merupakan personil Polri, namun dalam aktivitasnya di Lensa, ia bersama anggota Lensa lainnya sepakat melepaskan profesinya. Sehingga, setiap kali pertemuan mau pun saat menggelar kegiatan sosial, sama sekali tak nampak adanya  jurang pemisah. " Kesepakatan itulah yang membuat saya nyaman di Lensa," jelas Atha.
Karena nuraninya terusik, akhirnya bersama rekan- rekan yang peduli sepakat membentuk Lensa yang anggotanya melebur dalam satu komunitas sosial. Seperti apa yang disampaikan oleh Sasha, Atha mengakui bahwa Lensa memang membuang jauh- jauh hal- hal terkait Sara. Artinya, apa pun sukunya, apa pun agamanya bila harus dibantu, maka Lensa akan turun tangan.
"Alhamdulillah, dukungan dari rekan-rekan baik di Kota Salatiga sendiri mau pun Kabupaten Semarang sangat besar. Saat ini anggota Lensa yang tercatat angkanya melebihi 1500 orang dan terus bertambah," kata Atha yang berasal dari Kabupaten Boyolali ini serius.
Itulah sedikit gambaran tentang Lensa Kota Salatiga yang sangat menjunjung tinggi kebhinekaan anggotanya yang lintas profesi sangat mengerti tentang pluralisme segala lini. Tak perlu dicekoki mengenai teori-teori perbedaan, sebab, mereka telah mengimplementasikannya setiap saat. Bagaimana kota anda ? (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H