Menyadari TPBK masih harus banyak dibenahi, warga sampai sekarang belum memungut biaya masuk areal wisata ini. Pengunjung hanya disediakan kotak khusus untuk menampung sumbangan sekedarnya, begitu pun parkir kendaraan juga bebas bea. " Untuk sumbangan, bagi yang enggan menyumbang juga tidak kami paksa," jelas Pendi.
Selepas Dusun Banjaran, tepatnya ketika jalan aspal habis, maka pengunjung harus melewati jalan tanah selebar 2 meteran. Ketika musim kemarau, tidak ada kendala yang berarti. Namun, saat usai diguyur hujan, jangan mencoba memaksakan kehendak. Pasalnya, pengendara motor harus siap jatuh bangun. Yang pasti, melalui track tersebut, adrenalin dijamin terdongkrak.
Itulah catatan tentang tekad anak- anak muda Dusun Banjaran yang ingin membuat kampungnya lebih dikenal, paradigma yang menyebutkan bahwa mendirikan destinasi wisata perlu dana besar, telah mereka patahkan. Dengan modal dengkul, mereka berupaya mewujudkannya. Apresiasi setinggi- tingginya terhadap kemauan keras mereka, lanjutkan anak muda !. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H