Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Literasi ala Pendaki di Pinggang Merbabu

18 Juli 2017   16:15 Diperbarui: 19 Juli 2017   08:58 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13 kg buku diterima penjaga base camp (foto: dok pri)

Kepedulian para pendaki, ternyata tak sebatas pada alam saja. Terbukti, di base camp Thekelan, Batur, Getasan, Kabupaten Semarang yang merupakan salah satu pintu masuk pendakian gunung Merbabu, mereka juga menyebarkan virus literasi dengan  mendirikan tempat baca yang diberi nama Perpus Gunung.

Perihal keberadaan Perpus Gunung yang berada di ketinggian 1600 mdpl ini, sebenarnya sudah saya dengar cukup lama. Namun, karena lokasinya lumayan jauh, maka baru Senin (17/7) kemarin bisa menyambanginya. Kebetulan, usai mengirim buku- buku ke Kabupaten Intan Jaya, Papua, ternyata masih ada sisa buku seberat 13 kilogram. Terkait hal tersebut, tanpa membuang waktu saya segera memacu motor ke pinggang Merbabu.

Gapura menuju Dusun Thekelan (foto: dok pri)
Gapura menuju Dusun Thekelan (foto: dok pri)
Untuk menuju Perpus Gunung, sebelumnya saya sempat mengontak Agung (30) seorang pendaki asal Kota Salatiga yang merupakan perintis berdirinya rumah baca itu. Setelah ada kepastian bahwa base camp selalu ditunggu oleh personil Komunitas Peduli Putra Syarif (Kompas), akhirnya perjalanan sejauh 20 kilometer segera dimulai. Karena namanya saja pintu masuk ke gunung Merbabu, otomatis jalan yang harus dilalui ya melewati berbagai tanjakan tajam serta hutan pinus.

Butuh waktu 25 menit untuk tiba di Dusun Thekelan yang merupakan perkampungan paling ujung wilayah Kabupaten Semarang ini. Yang jadi penghambat, beberapa jalan aspal sudah mengelupas sehingga membuat kendaraan tak mampu dipacu. Hingga memasuki perkampungan, rupanya tak sulit menemukan base camp tempat registrasi bagi para pendaki. Di lokasi telah menunggu Sukiman, relawan Kompas yang sebelumnya telah dihubungi Agung.

Base camp sekaligus Perpus Gunung (foto: dok pri)
Base camp sekaligus Perpus Gunung (foto: dok pri)
Seperti galibnya warga pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan, Sukiman menyambut ramah kedatangan saya. Ia menjelaskan, base camp Thekelan merupakan gerbang menuju gunung Merbabu selain base camp Cuntel. "Untuk pendaki lokal, biaya administrasinya Rp 16.000 per orang, sedangkan pendaki manca negara (turis) mencapai Rp 161.000 perorang," jelasnya.

Dusun Thekelan, menurut Tukiman berpenduduk 180 KK, di mana mayoritas pemudanya tergabung dalam Kompas. Selain aktif dalam pelestarian lingkungan, seluruh personilnya kerap terlibat berbagai operasi pencarian pendaki yang hilang di gunung Merbabu. "Ibaratnya, mulai remaja hingga pemuda sejak kecil sudah memiliki jiwa pendaki. Sehingga berbagai sudut Merbabu, kami sangat hafal," ungkapnya.

13 kg buku diterima penjaga base camp (foto: dok pri)
13 kg buku diterima penjaga base camp (foto: dok pri)
Sarat Aktifitas Edukasi                                        

Usai menerima bantuan buku- buku dan majalah sumbangan warga Kota Salatiga yang peduli literasi, Sukiman menuturkan, Perpus Gunung sebenarnya baru dirintis awal tahun 2017. Sosok di balik literasi di pinggang Merbabu tersebut adalah Agung yang nota bene memang mempunyai kepedulian tinggi terhadap perkampungan terisolasi ini. Modal awal hanya sekitar 200 eksemplar buku yang ditempatkan di base camp Thekelan.

Secara perlahan, jumlah buku koleksi Perpus Gunung mulai meningkat karena banyak pendaki yang sengaja menyumbangkan buku-buku miliknya. Demikian pula dengan berbagai pihak yang peduli literasi, tanpa diminta, mereka bersedia datang ke base camp Thekelan sembari menenteng beragam buku bacaan. "Sekarang total koleksinya mencapai 500 an buku," jelasnya.

Koleksi buku di Perpus Gunung (foto: dok pri)
Koleksi buku di Perpus Gunung (foto: dok pri)
Aturan main di Perpus Gunung sederhana, siapa pun boleh membaca berbagai buku secara gratis dengan catatan dibaca di base camp yang memang lumayan luas. Untuk itu, personil Kompas menyediakan dua bale kayu berukuran lumayan  besar. Dalam hal ini, base camp terbuka selama 24 jam sehingga orang-orang yang membutuhkan bahan bacaan tidak terkendala oleh waktu.

Rumah yang dijadikan base camp sendiri, lanjut Tukiman, sebenarnya merupakan rumah pribadi milik warga setempat bernama Rohmat. Karena tak ada yang menempati, akhirnya sang pemilik menyerahkan perawatannya kepada personil Kompas. " Rumah ini cukup luas, jadi semisal ada 30 pendaki yang butuh istirahat pun, tempatnya masih lapang," ujarnya.

Anak- anak belajar menggambar di base camp (foto; dok PG)
Anak- anak belajar menggambar di base camp (foto; dok PG)
Agar keberadaan Perpus Gunung lebih bermanfaat bagi umat, kata Tukiman, Agung selaku pendirinya hampir tiap minggu selalu hadir di base camp. Di mana, selain memberikan bimbingan dan latihan tentang seni budaya terhadap anak-anak di Dusun Thekelan, ia juga mendatangkan guru bahasa Inggris untuk mengajarkan bahasa asing itu kepada personil Kompas. "Bahasa Inggris sangat penting bagi kami, kendati hanya orang ndeso, namun, kami sering kedatangan orang asing," ungkapnya.

Menurut Tukiman, lokasi Dusun Thekelan yang layak disebut terisolir, bukan berarti warganya tak mampu mengembangkan diri. Kelak, 5 atau 10 tahun mendatang, orang akan terpana mendengar pemuda Thekelan yang mencari rumput atau mencangkul di lahan pertanian, ternyata mampu berbincang dalam bahasa Inggris.

Itulah catatan perjalanan dari Perpus Gunung yang berada di pinggang Merbabu, lokasinya yang jauh dari keriuhan kota, ternyata juga membuat budayawan Sujiwo Tejo kerap bertandang ke sini. Jadi, semisal anda penasaran dan ingin tahu persis kondisi Dusun Thekelan, berkunjunglah ke base camp sembari menenteng 1- 2 buah buku. Percayalah, apa pun buku yang dibawa, bakal bermanfaat. Salam literasi !. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun