Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bermodalkan Lima Ban Bekas, Suguhkan Wisata Sarat Tantangan

14 Juli 2017   16:01 Diperbarui: 18 Juli 2017   16:01 2208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan yang aduhai sepanjang jalur (foto: dok pri)

Harus piawai bermanuver melewati perahu (foto: dok pri)
Harus piawai bermanuver melewati perahu (foto: dok pri)
Menimpali apa yang disampaikan pelanggannya, Yajid  menjelaskan tarif yang dipatok itu sebenarnya meliputi tim resque, welcome drink, P3K, dokumentasi, transportasi (pick up) untuk kembali, merchandise, asuransi hingga tiket masuk. " Faktor keamanan sangat kita utamakan, untuk itu selain ada guide (pemandu) juga ada tim resque yang setiap saat siap membantu semisal ada hal- hal yang tidak diinginkan," tuturnya.

Menurut Yajid, dalam perkembangan bisnis basah dalam arti sebenarnya ini, ternyata sangat menggemberikan. Dalam dua tahun saja, modal lima ban dan 5 pelampung sudah meningkat pesat. Sekarang ini, ban miliknya yang dibeli seharga Rp 50.000 perbuah, telah mencapai 70 buah. Begitu pun jaket pelampung, mempunyai jumlah yang sama. Kalau dulunya untuk mengisi angin harus pergi ke tukang tambal ban, saat ini dirinya telah menyediakan kompresor sendiri.

Mimik wajah puluhan peserta sampai finish (foto: dok pri)
Mimik wajah puluhan peserta sampai finish (foto: dok pri)
Saban hari, rata- rata para petualang yang memanfaatkan jasa MRT berkisar 30 an orang. Sementara hari Sabtu/ Minggu mau pun hari libur lainnya mencapai 70-100 orang. Untuk operasional, sang ibu yang bernama Sri Mundayani kerap membantunya agar segala aktifitas berjalan lancar. " Kalau in come perhari, ya cukup lumayan. Yang pasti, geliat wisata di daerah ini jadi semakin hidup," urjarnya tanpa mau menjelaskan secara rinci penghasilannya.

Itulah sedikit catatan tentang upaya menyajikan destinasi wisata murah meriah ala pemuda asal Dusun Muncul. Paradigma bahwa wisata harus menelan investasi besar, sengaja ia patahkan. Hanya bermodal 5 ban bekas plus 5 jaket pelampung, faktanya mampu menyuguhkan petualangan bagi para wisatawan lokal. Harusnya, hal ini bisa menginspirasi Indonesia. Pemuda- pemuda yang merasa memiliki "syahwat" memajukan kampungnya, tak perlu menunggu lebih lama, segera bangkit dan majukan ndesomu. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun