Menurut Yajid, dalam perkembangan bisnis basah dalam arti sebenarnya ini, ternyata sangat menggemberikan. Dalam dua tahun saja, modal lima ban dan 5 pelampung sudah meningkat pesat. Sekarang ini, ban miliknya yang dibeli seharga Rp 50.000 perbuah, telah mencapai 70 buah. Begitu pun jaket pelampung, mempunyai jumlah yang sama. Kalau dulunya untuk mengisi angin harus pergi ke tukang tambal ban, saat ini dirinya telah menyediakan kompresor sendiri.
Itulah sedikit catatan tentang upaya menyajikan destinasi wisata murah meriah ala pemuda asal Dusun Muncul. Paradigma bahwa wisata harus menelan investasi besar, sengaja ia patahkan. Hanya bermodal 5 ban bekas plus 5 jaket pelampung, faktanya mampu menyuguhkan petualangan bagi para wisatawan lokal. Harusnya, hal ini bisa menginspirasi Indonesia. Pemuda- pemuda yang merasa memiliki "syahwat" memajukan kampungnya, tak perlu menunggu lebih lama, segera bangkit dan majukan ndesomu. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H