Bahkan, di tahun 2009 lalu, ratusan umat Hindu se-Jawa Tengah pernah menggelar ritual paramarisuda, yakni semacam upacara untuk menyucikan Candi Ngempon. Dengan itul tersebut, aura Candi Ngempon bakal bersinar kembali. Diharapkan pula, di masa mendatang reruntuhan candi lainnya mampu direkonstruksi sehingga bentuk candi secara keseluruhan pulih seperti sedia kala.
Menurut Antok yang bertugas menjaga toilet dan kamar ganti, pada hari-hari biasa di luar bulan Ramadhan, rata-rata pengunjung yang datang mencapai 200 orang. Sedangkan memasuki bulan puasa, jumlahnya menurun drastis tinggal 50-an orang. “Biasanya, kalau tidak bulan puasa, gerbang Candi Ngempon juga tidak dikunci sampai sore hari,” ungkapnya.
Sekadar gambaran, Petirtaan Derekan terdapat dua kolam untuk berendam, salah satunya yang berukuran agak besar, dipisahkan sekat agar kaum wanita tidak jadi satu dengan pria. Tentunya hal ini sangat bijak bila dibandingkan kolam yang sama di kawasan Candi Gedongsongo yang restribusinya mencapai Rp 5.000,00 namun semua pengunjung dijadikan satu.
Itulah catatan tentang dua situs bersejarah yang bisa dikunjungi secara bersamaan. Yang paling penting, biaya yang dikeluarkan relatif sangat terjangkau. Pengunjung hanya dibebani Rp 2.000,00 untuk sepeda motor dan mobil Rp 3.000,00 sebagai restribusi memasuki kawasan ini, parkir Rp 2.000,00 serta berendam Rp 3.000,00. Sementara kunjungan ke Candi Ngempon gratis alias tak dipungut biaya apa pun. Jadi, misal mau menghabiskan waktu sembari menunggu buka puasa, tidak ada salahnya bertandang ke sini. Salam Ramadhan! Jaga hati, jaga diri. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H