Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menjajakan Wisata di Kampung Pelangi

12 Mei 2017   13:55 Diperbarui: 12 Mei 2017   14:00 2312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah warga yang dicat warna warni (foto: dok pri)

Beruntung, ada seorang pria setengah baya mengaku bernama Yusuf, ia sehari- harinya mencari nafkah sebagai operator sampan bermesin. Dirinya cukup lama merantau ke Kalimantan, setelah Kampung Pelangi dirintis, dia segera pulang. “ Kampung Pelangi baru dua bulan diwujutkan, ini masih belum sempurna karena rumah- rumah yang berwarna baru sepanjang sekitar 150 meter,” jelasnya.

Pusat mejeng para ABG (foto: dok pri)
Pusat mejeng para ABG (foto: dok pri)
Menurut Yusuf, ide mengubah perkampungan pinggir sungai menjadi Kampung Pelangi ini, dimulai sejak dua bulan lalu. Di mana, lokasi sungai kebetulan dijadikan tempat fotografi dengan mendatangkan foto model lokal. Dari aktifitas fotografi tersebut, belakangan Karang Taruna Desa Bejalen dan Kelompok sadar wisata (Pokdarwis)  yang dipimpin Anjar Eka Susanto terinspirasi mengubahnya jadi obyek wisata. “ Sebelum dimulai Karang Taruna serta Pokdarwis sempat melakukan kunjungan ke Jogja mau pun Malang,” ungkapnya.

Setelah dirasa mencukupi bekal pengetahuannya tentang tata kelola wisata, akhirnya warga yang tinggal di sepanjang pinggiran sungai diajak bermusyawarah. Rumah- rumah mereka yang menghadap sungai akan dicat warna warni untuk menarik perhatian wisatawan. Ternyata, gagasan tersebut direspon warga. Mulailah secara swadaya, dirintis pengecatan. “ Tahap awal baru sepanjang 150 meter, nantinya akan direalisasikan menjadi 500 meter,” jelas Yusuf.

Sungai Panjang yang jadi sarana pendukung (foto: dok pri)
Sungai Panjang yang jadi sarana pendukung (foto: dok pri)
Kendati belum sempurna, lanjut Yusuf, namun respon masyarakat cukup bagus. Terbukti, pada hari libur jumlah pengunjung mencapai 1.000 orang. Sementara di hari- hari biasa berkisar 50-100 orang dengan catatan cuaca terang benderang. Begitu pun manfaat yang dipetik warga, belakangan perekonomiannya ikut terdongkrak, termasuk dirinya. Banyak warga yang membuka warung, sehingga secara otomatis in come yang sebelumnya kosong berubah terisi.

Yusuf sendiri, pada hari libur biasa menjaring carteran sampan 7- 9 kali sehari. Sedangkan di hari biasa, paling banter hanya melayani 2 kali carteran. Setelah dipotong bahan bakar minyak, uang yang berhasil dibawanya pulang relatif lumayan dibanding saat merantau. “ Saya pribadi berharap Kampung Pelangi segera direalisasikan sepanjang 500 meter dan semua rumah mau dicat warna warni agar lebih semarak,” harapnya sembari menunjuk beberapa rumah yang belum dicat sesuai identitas Kampung Pelangi.

Begitulah catatan kunjungan ke Kampung Pelangi, meski masih banyak kekurangan, namun ide, kreatifitas dan terobosan yang dibuat anak- anak muda Desa Bejalen layak diacungi jempol. Mereka tidak apatis terhadap keadaan, mereka terus bergerak guna memajukan kampungnya. Hal paling penting, pengelolaan Kampung Pelangi jelas mengurangi angka pengangguran. Pasalnya, banyak pemuda yang sebelumnya berstatus sebagai pengangguran, sekarang ikut terlibat dalam pengelolaan wisata. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun