Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Watu Gambang, Batu Sarat Misteri di Sungai Waru Pabelan

9 Mei 2017   15:06 Diperbarui: 9 Mei 2017   16:31 2841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Watu Gambang, yakni bebatuan yang berjajar sepanjang 20 meter di sungai Waru yang terletak di Desa Kauman Lor, Pabelan, Kabupaten Semarang, ternyata menyimpan misteri yang belum terpecahkan. Sebab, dari kejauhan kerap terdengar alunan gamelan dan suara adzan.

Penasaran dengan adanya kabar tersebut, akhirnya Selasa (9/5) siang saya menyambangi lokasi ini. Beruntung, pemilik lahan bernama Harmanto (57) warga Kalioso, Kutowinangun, Tingkir, Kota Salatiga tengah berada di tempat. Ia tak menampik berita itu, pasalnya berulangkali orang mencari sumber suara gamelan serta adzan dzuhur di areal lahan miliknya.

“ Tidak setiap hari alunan gamelan itu terdengar, hanya terbatas menjelang bulan Suro. Tetapi, kalau suara lantunan adzan sering terjadi meski juga tak saban hari,” ungkap Harmanto.

Menurut Harmanto, bunyi gamelan mau pun suara adzan hanya terdengar dari jarak jauh. Sementara orang- orang yang berada di dekat Watu Gambang tidak mendengar apa pun. Hal tersebut diketahuinya ketika beberapa orang yang mendengar suara aneh mendatangi lokasi dan menanyakan perihal sumber suara misterius tersebut.

Entah benar atau tidak apa yang diungkapkan oleh Harmanto, akhirnya saya tertarik untuk melihat langsung keberadaan Watu Gambang yang berjarak sekitar 300 meter dari parkiran. Melalui jalan selebar sekitar 1 meter yang dibuat oleh pemilik lahan, hanya makan waktu lima menit sudah tiba di sungai Waru. Terlihat beberapa anak baru gede tengah bermain air di lokasi.

Watu Gambang di Sungai Waru yang tak pernah kering (foto: dok pri)
Watu Gambang di Sungai Waru yang tak pernah kering (foto: dok pri)
Bentuk Watu Gambang sendiri memang terlihat unik, di mana bebatuan yang beratnya berton- ton itu, satu dengan yang lainnya menyambung hingga mirip alat musik tradisional Gambang. Panjangnya mencapai sekitar 20 meter dan seperti galibnya bebatuan sungai, berwarna hitam keabu- abuan. Kondisinya bersih sehingga orang nyaman bersantai di atasnya. Umur batu- batu tersebut diperkirakan mencapai ratusan tahun.

Bila melihat fisik batu, memang ada keanehan karena bebatuan yang lain tersebar di areal sungai, sementara Watu Gambang berkumpul jadi satu. Seakan, satu dengan yang lainnya merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. “ Dulu, orang tidak bisa memasuki kawasan ini karena 25 meter sebelum sampai lokasi tertutup semacam karang besar,” ungkap Harmanto.

Setelah lahan dikuasai Harmanto, ia membelah batu karang tersebut dan membuat jalan selebar 1 meteran. Agar warga yang datang tidak terpeleset, jalan dibuat makadam menggunakan bebatuan yang diambil dari sungai Waru. Menjelang pembukaan lahan sendiri, terjadi keanehan yang membuat orang awam terpana.

Bongkahan mirip karang yang dibongkar Harmanto (foto: dok pri)
Bongkahan mirip karang yang dibongkar Harmanto (foto: dok pri)
Batu- batu seukuran kepalan tangan yang dimanfaatkan  untuk membuat jalan makadam, tutur Harmanto, sepertinya mempermudah para pekerja. Pasalnya, bebatuan itu tidak perlu dicari melainkan sudah tersedia di pinggiran sungai Waru. “ Batu- batu kecil ngumpul di pinggir sungai, seakan sengaja disediakan agar pekerja mudah mengambilnya,” ujarnya.

Secara logika, bisa saja bebatuan kecil itu terpinggirkan akibat derasnya arus sungai ketika hujan tiba. Namun, yang membuat heran, setiap kali batunya habis karena sudah diambil, esok harinya kembali terlihat onggokan bebatuan di tempat yang sama. “ Saya berfikir positif saja, mungkin Allah SWT mempermudah saya dalam merawat tempat ini,” ungkapnya.

“Perkampungan” Makhluk Astral

MIsteri lain yang menyelimuti Watu Gambang, kata Harmanto, pernah tiga orang pekerjanya tengah bekerja di dekat sungai Waru. Memasuki saat  dzuhur, mereka masih asyik bekerja. Tiba- tiba muncul perempuan cantik di siang bolong yang tidak diketahui dari mana datangnya. Perempuan itu meminta agar semuanya berhenti beraktifitas serta memintanya menunaikan sholat. Tak ayal lagi, mereka langsung lari tunggang langgang meninggalkan peralatan kerjanya.

Memang, di lokasi Watu Gambang situasinya terkesan angker kendati di sore hari. Satu- satunya suara yang terdengar hanya gemercik air sungai, sementara di atas sungai dipenuhi pepohonan sehingga keangkerannya semakin terasa. Harmanto sendiri sempat berdoa sesaat di atas Watu Gambang, hingga gambarnya saya ambil beberapa kali, ia tetap khusuk dengan doanya.

Misteri Watu Gambang semakin bertambah ketika Harmanto menjelang mengantar pulang menunjuk kolam kecil, diameternya hanya 1 meteran. Konon, kolam yang bernama Sumur Emas itu, airnya berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Banyak orang berdatangan mencoba berikhtiar mencari kesembuhan atas penyakit yang dideritanya. Bahkan, Harmanto sendiri punya pengalaman pribadi atas keampuhan air tersebut.

Sumur Emas yang konon berkhasiat sembuhkan penyakit (foto: dok pri)
Sumur Emas yang konon berkhasiat sembuhkan penyakit (foto: dok pri)
Salah satu tantenya, sejak lama mengidap penyakit kanker. Hingga suatu hari terpaksa harus menjalani perawatan medis karena telah mencapai stadium III. Ketika opname, Harmanto membezuknya dan menawarkan untuk membawakan air yang diambil dari Sumur Emas. Karena pasien mau pun keluarganya setuju, maka esok harinya dibawakan sebotol air guna dibasuhkan ke seluruh tubuh. Ajaibnya, dua hari kemudian tantenya  dinyatakan sehat.

Kendati begitu, Harmanto berpesan agar Sumur Emas tidak dikultuskan. Sebab, dirinya sendiri sewaktu mengambil air juga berdoa pada Allah SWT, sedangkan Sumur Emas hanya dianggap sebagai sarana. “ Kalau ada orang percaya, silahkan saja mengambil airnya. Yang penting mau menjaga kebersihan dan tidak berbuat yang aneh- aneh,” jelasnya sembari menambahkan kondisi air di sumur memang relatif kurang jernih.

Mendengar berbagai penjelasan Harmanto, sebenarnya di era teknologi yang sudah sedemikian pesat ini, memang agak mengherankan sekaligus menggelikan bagi orang yang tak mempercayainya. Tetapi, harus diakui secara jujur, ketika berada di areal Watu Gambang naluri kita akan mengatakan bahwa ada kehidupan lain di sepanjang jalur sungai Waru tersebut. Terlebih lagi menjelang sore hari, suasananya semain terasa mencekam.

Apa yang disampaikan Harmanto, ternyata juga diamini oleh warga yang tinggal berjarak sekitar 1 kilometer dari Watu Gambang. Titus Udi (50), warga Getas, mengakui suara alunan gamelan muncul pada bulan Suro. Meski sayup- sayup, namun sumbernya jelas di bebatuan itu. Begitu juga dengan Endah (25), warga Perumahan Damatex, Pabelan, ia membenarkan perihal kabar itu. Yang pasti, suasana di sini saat siang hari pun terasa seakan berada di “perkampungan” makhluk astral.

Air terjunnya juga terasa agak aneh (foto: dok pri)
Air terjunnya juga terasa agak aneh (foto: dok pri)
Sembari berjalan kaki melewati track yang menanjak lumayan tajam, Harmanto mengaku tidak terpengaruh atas berbagai misteri di lahan miliknya. Ia malah merasa bersyukur karena makhluk- makhluk lain mau berkompromi dengan dirinya sehingga memperlancar upaya merawat lahan ini. Ke depan, dia memiliki keinginan Watu Gambang menjadi salah satu obyek wisata di Kecamatan Pabelan, kabupaten Semarang.  Terkait hal itu, pihaknya tengah menyiapkan sarana dan prasarananya sehingga kesan angker mampu dipupus.

Itulah hasil pengecekan misteri Watu Gambang di sungai Waru, meski lokasinya hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari Kota Salatiga, namun keberadaannya memang baru terdengar belakangan ini. Di lokasi yang sama, kebetulan juga terdapat air terjun yang juga bernuansa angker, walau tak begitu tinggi namun tetap menimbulkan aura yang beda.  Bila ada yang penasaran dan merasa memiliki nyali besar, silahkan buktikan sendiri berkunjung  di malam hari. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun