Kabar Salatiga (KS) yang merupakan komunitas netizen terbesar di Kota Salatiga,Minggu (12/3) pagi menggelar silaturahmi dib alai Kelurahan Candran. Ratusan anggotanya ikut nimbrung dalam ajang kopi darat (kopdar) pengguna facebook ini, seperti apa sepak terjang kumpulan warga tersebut. Berikut sedikit catatannya untuk Kompasiana.
Berawal dari rasa kepedulian anak- anak muda di Kota Salatiga untuk membangun kota kecil ini melalui jejaring facebook, akhirnya tanggal 20 November 2013 dibentuklah group KS yang dimotori Dhinar Sasongko seorang wartawan Harian Radar Semarang beserta beberapa rekannya. “ Tujuannya waktu itu untuk menampung berbagai aspirasi warga Salatiga,” ungkap Dhinar siang tadi.
Dalam perkembangannya, KS yang awalnya hanya group dengan anggota mencapai ratusan, belakangan banyak warga Kota Salatiga yang ikut bergabung. Mulai hanya seorang buruh bangunan hingga pejabat mendaftar sebagai “keluarga” KS, karena jumlahnya terus membengkak, akhirnya dibentuk suatu komunitas. “ Total sekarang anggotanya mencapai 57.000 orang dari berbagai daerah,” jelas Dhinar.
Yang dimaksud dari berbagai daerah, lanjut Dhinar, anggota KS tersebut aslinya warga Salatiga namun sudah merantau sekaligus tinggal di tempat lain. Hanya karena ada ikatan emosional yang tinggi terhadap Salatiga, mereka ikut mendaftar di KS. Maklum, untuk menjadi anggota tak dipatok birokrasi berbelit. Asal memiliki akun facebook tinggal bergabung. Nantinya admin bakal melakukan konfirmasi terlebih dulu.
Menurut Dhinar, setelah terbentuk komunitas, pihak pengelola sepakat mengusung slogan “Menjumlah bukan Memecah”. Dengan kata lain, KS diharapkan mampu menampung segala aktifitas warga tanpa menimbulkan perpecahan dalam bentuk apa pun. Lantas, bagaimana realisasinya ? Ternyata tidak semudah teorinya, pasalnya anggota yang heterogen terkadang kerap keliru posting sehingga menimbulkan pro dan kontra.
“Makanya kami selalu menghimbau agar sebelum posting dipikirkan masak- masak dulu. Sebab, keliru sedikit akan dibully habis- habisan oleh anggota KS lainnya,” ungkap Dhinar serius.
Sebaliknya, untuk hal- hal yang positif, biasanya postingan akan direspon oleh pihak terkait, termasuk instansi pemerintahan, kepolisian mau pun swasta lainnya. Prinsipnya, KS telah menjadi jembatan bagi siapa pun guna mencari solusi. Dari hal yang sepele, seperti orang tua kesulitan mengerjakan PR anaknya hingga yang berat, semuanya terkumpul di KS.
Seperti galibnya suatu komunitas yang anggotanya berjumlah sangat besar (bagi ukuran Salatiga), maka, implikasinya muncul berbagai “syahwat” tentang aktifitas sosial, bisnis dan politik tentunya. Terkait hal itu, pengelola KS berupaya mewadahinya secara bijak. Untuk kegiatan sosial, anggota KS yang dipandu adminnya sering menggelar bakti sosial. Mulai memberikan bantuan pada dhuafa hingga menyantuni anak yatim mau pun janda miskin.
Untuk aktifitas sosial, terkadang anggota yang tergabung dalam komunitas tersendiri juga kerap membuat aksi positif. Contohnya, ketika muncul postingan tentang seseorang yang didera kemelaratan akut, para netizen tanpa dikomando secara berjamaah segera menindaklanjutinya. Demikian pula saat ada anggota yang mengalami musibah, personil KS segera “cawe-cawe” meringankan bebannya.
Sedangkan untuk menampung dunia bisnis, pengelola KS menyediakan satu hari dalam seminggu untuk pemasangan iklan. Siapa pun boleh memasang iklan usaha, penjualan mau pun jasa. “ Ketentuannya pemasangan iklan mulai Sabtu pk 00.00 dan berakhir hari Minggu pk 00.00,” kata Dhinar.
Kampanye di dunia maya ini memang dilakukan oleh para simpatisan kandidat, ada yang halus namun tak sedikit yang secara terang- terangan menggelar kampanye. Implikasinya, timbul perdebatan di KS yang terkadang cenderung memanaskan telinga. Hingga Pilkada usai, akhirnya pengelola KS memandang perlunya ajang silaturahmi sesama anggota guna saling bermaafan. “ Kami menyadari hal itu, yang Pilkada pasti sarat intrik,” kata Dhinar yang juga mendukung salah satu pasangan calon.
Itulah sedikit catatan tentang komunitas warga terbesar di Kota Salatiga, terlepas adanya kekurangan- kekurangan, namun tetap layak diapresiasi. Sebab, berbagai informasi positif bisa didapatkan oleh anggotanya di sini. Mulai kuli hingga Walikota sah nimbrung di KS, tak perlu menggunakan emosi dalam menyikapi apa pun. Semua selalu terdapat hikmah yang terkandung. Salam “Menjumlah bukan Memecah”. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H