Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Serabi Ngampin, Benarkah Sudah Ada Sejak Jaman Perjuangan?

14 Januari 2017   15:12 Diperbarui: 14 Januari 2017   19:22 2082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serabi yang matang siap santap (foto: dok pri)

Memang, bila melongok tungku maupun wajan untuk memasaknya, terlihat hitam legam akibat panas pembakaran kayu. Namun, bila sudah mencicipi kue serabinya, orang bakal ketagihan. Kegigihan para pedagang dalam mempertahankan cara tradisional serta bertahan dengan dagangan kue serabi juga layak diapresiasi. Sebab, kuliner ini merupakan upaya rakyat kecil sekedar survive dalam hidup tanpa mengandalkan bantuan pemerintah.

Fakta membuktikan, dimulai sejak awal Orde Baru, hingga Presiden silih berganti, mereka tetap tak tergoyahkan. Saat Republik ini didera krisis ekonomi, banyak pengusaha besar tumbang, mereka melenggang meraup uang recehan. Esensinya, kendati hanya berdagang serabi, usaha tersebut kebal segala bentuk resesi. Itulah kue serabi! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun