Di usia uzurnya, mbah Kesi mengakui sebenarnya sekarang pensiun yang diterimanya Rp 1,2 juta. Namun, karena sudah terlanjur terjerat hutang, saban bulan ia hanya menerima Rp 50 ribu. Untuk makan sehari- hari, dirinya berakrobat dengan berhutang ke bank thitil. “
Kalau tidak biasa mengangsur, biasanya saya menjual salah satu ayam piaraan,” jelasnya.
![Begini kondisi bagian dapurnya (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/10/06/7-57f61e6b8ffdfdaa0fad144b.jpg?t=o&v=555)
Beberapa hari lalu, kata nenek ini, perwakilan salah satu komunitas di Salatiga telah mengunjunginya. Selain melakukan pengecekan lapangan, komunitas tersebut berencana akan menggelar bedah rumah. Hanya kapan bakal direalisasi, mbah Kesi belum bisa memastikannya.
![Mbah Kesi ditemani (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/10/06/6-57f61f1406b0bd4e12ec3f5b.jpg?t=o&v=555)
Saat saya berpamitan, mbah Kesi sempat mengantar sampai jalan aspal di depan rumahnya. Ia terlihat sangat gembira ada yang mengunjunginya. Duh! Negara ini sudah 71 tahun merdeka, namun masih ada janda pejuang yang bertahun-tahun tinggal di kandang berbaur bersama anjing dan ayam piaraan. Banyak orang kaya, tapi banyak pula yang tidak peduli. Begitu juga dengan media, sepertinya ikut abai memberitakannya. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI