Dwi Ari Bowo, warga Perumahan Puri Yudhistira, Dukuh, Sidomukti, Kota Salatiga harus diakui sebagai sosok yang sarat inovasi. Dengan memanfaatkan drum (tong) bekas oli, ia mampu mengubahnya menjadi beragam mebel yang elegan dan berkelas.
Mantan karyawan perusahaan swasta yang merasa mengalami kejenuhan bekerja ini, sejak enam bulan lalu sengaja mengundurkan diri dan berniat menekuni usaha sendiri. Mimpinya lumayan tinggi, yakni membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain serta mampu menjadi juragan yang baik. Kendati faktor modal cukup menghambat, namun tekadnya telah bulat untuk menjalani kehidupan baru sebagai orang yang merdeka.
Beruntung, Dwi mempunyai kenalan seorang laki-laki bernama Jasri, warga Kuncen, Karangduren, Tengaran, Kabupaten Semarang yang sehari- harinya bekerja sebagai tukang membuat mebel. Awalnya, dua pria ini akan mencoba berbisnis mebel yang terbuat dari kayu. “Setelah kami pikir- pikir, persaingan mebel kayu sudah sangat ketat. Akhirnya kami sepakat berinovasi,” jelas Dwi, Senin (12/9) sore.
Sejak awal memulai pembuatan mebel berbahan baku utama drum bekas, keduanya berkomitmen untuk mengutamakan kualitas. Untuk itu, dari desain hingga pengerjaannya dilakukan dengan sangat teliti. “ Selain menjual produk, kami juga menjual kualitas. Sebab, kami sadar, berita yang berkembang tentang suatu produk, di zaman sekarang sulit dibendung,” jelas Dwi.
Sejak enam bulan lalu, dengan memanfaatkan lahan pekarangan milik Jasri yang berukuran sekitar 6x6 meter, dibuatlah bengkel sederhana. Disebut sederhana karena tempat tersebut tanpa dinding, atapnya hanya ditutup tenda plastik biru seperti yang biasa dipergunakan oleh pedagang kaki lima. Dari mulai bahan baku berupa drum bekas, kayu dan peralatan lainnya teronggok di lokasi yang sama.
Proses produksi mebel dimulai dari desain yang diinginkan calon pembeli, setelah digambar secara detail, akhirnya drum bekas dipotong menggunakan mesin gerindra. Berikutnya potongan dihaluskan dengan amplas hingga semua noda hilang, barulah dibuat kaki kaki. “Untuk kaki kursi bisa dari kayu, tapi bisa juga menggunakan pipa besi,” jelas Dwi, didampingi Jasri ketika ditemui di bengkelnya.
“Untuk mensiasatinya, sekarang ini begitu pesanan masuk, kami minta DP sebesar 50 persen dulu. Partai besar mau pun kecil, kami tetap meminta calon konsumen membayar uang muka baru kami kerjakan,” kata Dwi yang diamini Jasri.
Itulah sedikit cerita dari Kota Salatiga, di mana kreativitas maupun inovasi warganya tak pernah mengenal kosa kata berhenti. Kendati permodalan tetap jadi kendala, namun, bukan berarti produksi otomatis berhenti. Beragam mebel produksi duet Dwi dan Jasri, sekarang banyak yang mengisi lobi hotel, kantor mau pun rumah-rumah pribadi. Tak adanya yang menyangka, drum-drum bekas tersebut ternyata mampu diubah menjadi mebel berkelas. Salam inovasi ! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H