Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengubah Drum Bekas Jadi Mebel Berkelas

12 September 2016   16:55 Diperbarui: 13 September 2016   14:47 4157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencoba kekuatan kursi Real Madrid (foto: dok pri)

Dwi Ari Bowo, warga Perumahan Puri Yudhistira, Dukuh, Sidomukti, Kota Salatiga harus diakui sebagai sosok yang sarat inovasi. Dengan memanfaatkan drum (tong) bekas oli, ia mampu mengubahnya menjadi beragam mebel yang elegan dan berkelas.

Mantan karyawan perusahaan swasta yang merasa mengalami kejenuhan bekerja ini, sejak enam bulan lalu sengaja mengundurkan diri dan berniat menekuni usaha sendiri. Mimpinya lumayan tinggi, yakni membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain serta mampu menjadi juragan yang baik. Kendati faktor modal cukup menghambat, namun tekadnya telah bulat untuk menjalani kehidupan baru sebagai orang yang merdeka.

Beruntung, Dwi mempunyai kenalan seorang laki-laki bernama Jasri, warga Kuncen, Karangduren, Tengaran, Kabupaten Semarang yang sehari- harinya bekerja sebagai tukang membuat mebel. Awalnya, dua pria ini akan mencoba berbisnis mebel yang terbuat dari kayu. “Setelah kami pikir- pikir, persaingan mebel kayu sudah sangat ketat. Akhirnya kami sepakat berinovasi,” jelas Dwi, Senin (12/9) sore.

Drum bekas bahan baku utama mebel buatan Dwi (foto: dok pri)
Drum bekas bahan baku utama mebel buatan Dwi (foto: dok pri)
Menurut Dwi, ia menemukan ide, bagaimana caranya memanfaatkan drum bekas oli agar mampu dijadikan bahan baku mebel. Kebetulan, drum bekas itu memiliki ketebalan yang lumayan sehingga menjamin keawetan produk. Karena Jasri mengaku sanggup mengerjakannya, maka, mulailah keduanya bekerja sama memproduksi berbagai mebel seperti kursi teras, seperangkat kursi tamu, buffet hingga ranjang.

Sejak awal memulai pembuatan mebel berbahan baku utama drum bekas, keduanya berkomitmen untuk mengutamakan kualitas. Untuk itu, dari desain hingga pengerjaannya dilakukan dengan sangat teliti. “ Selain menjual produk, kami juga menjual kualitas. Sebab, kami sadar, berita yang berkembang tentang suatu produk, di zaman sekarang sulit dibendung,” jelas Dwi.

Kursi setengah jadi (foto: dok pri)
Kursi setengah jadi (foto: dok pri)
Dengan kata lain, lanjutnya, semisal mebel buatannya berkualitas buruk, maka dalam sekejap konsumen mampu menyebarkan berita tersebut melalui jaringan media sosial tanpa bisa dihalangi. Sebaliknya, bila beragam mebel produksinya secara kualitas bagus, tidak diminta pun konsumen akan mempromosikannya. Karena sangat sadar tentang hal itu, maka seluruh proses pembuatan kursi, meja hingga buffet selalu dikontrolnya.

Begini kondisi bengkel mebel drum bekas (foto: dok pri)
Begini kondisi bengkel mebel drum bekas (foto: dok pri)
Modal Jadi Kendala

Sejak enam bulan lalu, dengan memanfaatkan lahan pekarangan milik Jasri yang berukuran sekitar 6x6 meter, dibuatlah bengkel sederhana. Disebut sederhana karena tempat tersebut tanpa dinding, atapnya hanya ditutup tenda plastik biru seperti yang biasa dipergunakan oleh pedagang kaki lima. Dari mulai bahan baku berupa drum bekas, kayu dan peralatan lainnya teronggok di lokasi yang sama.

Proses produksi mebel dimulai dari desain yang diinginkan calon pembeli, setelah digambar secara detail, akhirnya drum bekas dipotong menggunakan mesin gerindra. Berikutnya potongan dihaluskan dengan amplas hingga semua noda hilang, barulah dibuat kaki kaki. “Untuk kaki kursi bisa dari kayu, tapi bisa juga menggunakan pipa besi,” jelas Dwi, didampingi Jasri ketika ditemui di bengkelnya.

Meja kursi pesanan konsumen (foto: dok pri)
Meja kursi pesanan konsumen (foto: dok pri)
Setelah semua bahan baku setengah jadi, barulah diberi cat dasar untuk memperkuat cat warna sesuai pesanan calon pembeli. Usai pengecatan, barulah dibuat asesoris seperti busa, karet pelapis agar bekas potongan drum tidak menggores kulit.  “Untuk pengecatan, kami menggunakan cat pilihan yang menjamin mebel buatan kami mampu bertahan lama,” ujarnya.

Ini juga pesanan yang akan dikirim (foto: dok pri)
Ini juga pesanan yang akan dikirim (foto: dok pri)
Selama enam bulan menggeluti mebel berbahan baku drum bekas, Dwi mengaku pihaknya tak mengalami kesulitan dalam pemasaran. Sebab, dari Yogyakarta, Semarang mau pun kota-kota besar lainnya selalu mengalir order. Sayangnya, banjir pesanan kurang mampu ditangani. Sebab, pihaknya terkendala modal dan keterbatasan tenaga kerja. Akibatnya cukup telak, order yang masuk sering dibatalkan secara sepihak karena terlambat dieksekusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun