Segala hal yang dijelaskan Beny, memang benar adanya. Semuel S Lusi, seorang pendatang dan beragama non Muslim, bertempat tinggal di salah satu kampung di kawasan Kelurahan Pulutan, Sidorejo, Kota Salatiga. Tetangganya 99 persen beragama Islam, kendati begitu, dirinya tak pernah merasakan adanya diskriminasi. Komunikasi antar tetangga sangat baik, bahkan, ia sering ikut pengajian saat pertemuan rutin warga. “ Saya nyaman- nyaman saja tinggal di sini,” dosen Universitas Kristen Satya Wacana ini.
Apa yang diungkapkan Beny dan Semuel S Lusi merupakan representasi kondisi riil keberagaman Kota Salatiga, kecerdasan dan kedewasaan cara berfikir masyarakatnya membuat oknum yang ingin mengadu domba kerap patah arang. Andai Indonesia bisa seperti Salatiga, alangkah indahnya bangsa ini.Ke depan, apa yang diidamkan bakal terwujut. Seperti kata nenek moyang kita, Indonesia bakal gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo ( Kekayaan alam yang berlimpah, kondisi aman serta tentram). (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H