Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanjung Balai, Belajarlah ke Salatiga

1 Agustus 2016   17:30 Diperbarui: 2 Agustus 2016   18:57 3485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Titik Nol Kota Salatiga (foto: dok pri)

Masyarakat Kota Salatiga lebih suka menempuh cara- cara cerdas dan elegan dalam menyelesaikan suatu persoalan. Paling tidak, beberapa kali aksi unjuk rasa yang digelar, semuanya berlangsung aman. Bahkan, Minggu tanggal 2 Maret 2008, pernah terjadi, sedikitnya 10 ribu umat Muslim melakukan aksi unjuk rasa besar- besaran. Aksi yang dimotori para kyai serta aktifis muda Islam, dimulai dari Masjid Al Atiq yang terletak di jalan raya KH Wahid Hasyim berjalan kaki menuju rumah dinas Walikota berjarak sekitar 1 kilometer, melalui UKSW, SMP Stella Matutina serta tiga gereja.

Kebaktian Natal bersama di Lapangan Pancasila (foto: dok pri)
Kebaktian Natal bersama di Lapangan Pancasila (foto: dok pri)
Tuntutan massa cuma satu, meminta lahan yang dikuasai pihak swasta untuk dibuat menjadi Islamic Centre. Aksi yang melibatkan ribuan umat Muslim berlangsung sekitar 2 jam, di mana dari Masjid Al Atiq massa bergerak menuju rumah dinas Walikota yang berjarak 1 kilo meter. Ketika negoisasi tak menemui titik temu, apa yang yang terjadi ? Massa bubar secara tertib. Dalam aksi itu, tidak ada satu pun rumput yang tercabut dan tidak ada satu pun genting yang retak.

Kendati Islam menjadi agama mayoritas, namun, mereka tidak pernah bertindak arogan dan sewenang- wenang. Pintu dialog, komunikasi serta diskusi lebih banyak ditonjolkan dibanding memamerkan ototnya. Toleransi beragama sendiri, terlihat pada penggunaan lapangan panca Sila yang berada di pusat kota. Di mana, saban tahun umat muslim memanfaatkan untuk dua kali menggelar sholat, yakni di hari raya Idhul Fitri mau pun hari raya Idhul Adha. Di tempat yang sama, umat Nasrani di hari yang berbeda juga menggunakan sebagai lokasi kebaktian Natal bersama berikut Paskah.

Itulah sedikit tentang Kota Salatiga, seperti kota- kota lainnya, kriminalitas selalu ada, namun aparat keamanan juga sigap menanganinya. Salatiga memang penuh pesona, semisal Republik ini kondisinya mirip Salatiga, maka rakyat akan adem ayem. Tak ada kerusuhan seperti yang terjadi di Tolikara, Aceh Singkil mau pun Tanjung Balai. Jadi, bila mau belajar bersikap dewasa, datanglah ke Salatiga. Salam damai ! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun