Perihal rumah WR Soepratman sendiri, kata Darto, saat ini sudah dibeli oleh pemerintah Kabupaten Purworejo. Di mana, ketika H. Kelik Sumrahadi menjabat sebagai Bupati, menggelontorkan dana APBD sebesar Rp 400 juta dengan rincian merenovasi rumah Rp 70 juta, talud Rp 60 juta, gapura, tangga beton Rp 46 juta dan pembangunan jalan aspal sebesar Rp 212 juta. Kendati rumah dipugar total, namun bentuk mau pun ukurannya tetap sama. Hanya dinding anyaman bambu diganti papan jati lawas, begitu pun atapnya. Bila aslinya dari daun tebu, sekarang genting biasa.
Tujuan pemugaran rumah WR Soepratman tersebut bertujuan untuk menjadikan lokasi Dusun Trembelang sebagai wisata sejarah. Sayang, pengunjung dalam sehari hanya 2- 3 orang, sehingga rumah selalu dikunci. Menurut Darto, pengunjung merupakan orang- orang yang memegang istilah “Jangan sekali- kali melupakan sejarah” alias Jas Merah. “Orang yang tak tahu cara menghargai jasa pahlawannya, ya tidak mau bersusah payah datang ke sini,” ungkapnya.
Wow! Apa yang diungkapkan oleh Darto benar- benar makjleb, sangat mengena di hati. Untungnya kami bertiga dianggap sebagai orang yang paham tentang Jas Merah. Memang, untuk menuju petilasan WR Soepratman membutuhkan stamina tersendiri, namun, kami merasa puas. Apa lagi kesempatan itu belum tentu mampu direalisasikan tahun depan, karena nasib orang tak ada yang bisa menebak. Semisal anda melewati Purworejo, sekali tempo bertandanglah ke sini biar dianggap dianggap memegang teguh Jas Merah. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H