Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Begini Kondisi Rumah WR Soepratman di Purworejo

14 Juli 2016   17:55 Diperbarui: 14 Juli 2016   20:35 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam placenta WR Soepratman (foto: dok pri)

Siapa yang tak kenal dengan nama Wage Rudolf (WR) Soepratman sang pahlawan nasional sekaligus pencipta lagu Indonesia Raya? Bagi masyarakat Republik ini, tentunya bukan sosok yang asing. Terkait hal tersebut, kami (saya, si bungsu dan ibunya) mencoba napak tilas ke rumah beliau di Purworejo. Butuh tenaga ekstra untuk merasakan aura rumah di atas bukit tersebut.

Untuk bertandang ke rumah WR Soepratman yang terletak 12 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Purworejo, sebenarnya tidak ada masalah yang berarti. Jalan ke arah Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing cukup mulus bagi kendaraan roda empat. Setelah melewati beberapa desa, saat tiba di Desa Kemanukan, terdapat petunjuk arah ke lokasi Desa Somongari. Karena posisinya berada di pegunungan, otomatis aksesnya menanjak dan berkelok- kelok.

Jembatan di depan balai desa dibongkar (foto: dok pri)
Jembatan di depan balai desa dibongkar (foto: dok pri)
Kendati banyak tikungan tajam dan lebar jalan hanya berkisar 5 meter, namun, aspalnya terlihat mulus. Tiap belokan, klakson wajib dibunyikan. Sebab, dari arah depan kerap ada sepeda motor nylonong tanpa mengurangi kecepatannya. Hingga akhirnya, sekitar 20 menit kemudian, tiba di Balai Desa Somongari yang dikenal sebagai desa wisata. Oleh warga, kami disarankan memarkir mobil di halaman rumah warga. Pasalnya, jembatan kecil yang mengarah ke Dusun Trembelang tengah dibongkar jadi harus jalan kaki bila ingin ke rumah WR Soepratman.

“Jaraknya dari sini (Balai Desa Somongari) satu kilometer pak, pokoknya lurus saja nanti ada gapura yang menunjukkan lokasi rumah WR Soepratman,” kata seorang warga yang membuka warung.

Papan petunjuk yang dibuat mahasiswa UGM (foto: dok pri)
Papan petunjuk yang dibuat mahasiswa UGM (foto: dok pri)
Karena sudah kepalang tanggung, akhirnya kami bertiga menuruti saran warga tersebut. Usai memarkir mobil, kami berjalan kaki hingga 800 meter di jalan aspal yang bisa tembus ke Kecamatan Kaligesing. Hingga tiba di gapura yang ada prasasti tentang petilasan WR Soepratman, ternyata untuk mencapai rumah pahlawan nasional itu harus melawati track tanjakan sejauh 500 meter. Ketinggiannya mungkin mencapai 70 derajat, otomatis sangat menguras tenaga. Maklum, posisi rumah yang dituju berada di atas bukit.

Setelah berpeluh- peluh, akhirnya kami melihat sebuah rumah berdinding papan dengan warna cokelat tua. Letaknya berada di atas tebing, tetangga terdekat berjarak sekitar 50-an meter. Terdapat jalan beton setapak di belakang rumah, diduga jaman dulu rumah sederhana tersebut tak memiliki akses. Di dinding luar bagian samping terdapat tulisan warna biru putih yang dibuat oleh mahasiswa UGM saat KKN tahun 2010, bunyinya: Tempat Lahir WR Supratman.

Selfie di teras rumah sang Pahlawan Nasional (foto:dok pri)
Selfie di teras rumah sang Pahlawan Nasional (foto:dok pri)
Jas Merah
Rumah berbentuk joglo yang menghadap arah selatan ini suasananya sangat sepi. Tak ada satu pun orang yang lewat, meski begitu kondisinya bersih. Halaman sampingnya yang ditumbuhi rumput cukup nyaman dimanfaatkan duduk lesehan sembari menikmati matahari terbenam. Di depan bagian kanan, terdapat ari-ari (placenta) WR Supratman yang ditanam dan dipagar. Sementara di depan rumah, sejauh mata memandang hanya terlihat tanah curam, mungkin mengarah ke jurang.

Terbayang kehidupan WR Soepratman di masa lampau, tinggal terpencil, rumah berdinding bambu dengan lantai berupa tanah. Tak ada kamar mandi maupun sumur, otomatis untuk merealisasikan hajat harus berjalan kaki cukup jauh. Ditemani sunyi, tanpa penerangan yang memadai. Untuk menuju ibu kota kabupaten yang berjarak 12 kilometer, terpaksa hanya mengandalkan dua kaki. Bukan akibat menjalani hidup sederhana, namun, kemiskinan yang memaksa beliau melakoni kehidupan serta terbatas.

Makam placenta WR Soepratman (foto: dok pri)
Makam placenta WR Soepratman (foto: dok pri)
Hampir satu jam berada dalam kesunyian rumah pencipta lagu Indonesia Raya, akhirnya kami penasaran untuk menggali informasi lebih jauh. Melalui petunjuk salah satu warga, akhirnya kami bertemu dengan Darto (70) yang fasih bertutur tentang sosok WR Soepratman. “ Sepanjang saya ketahui, WR Soepratman dilahirkan di sini pada hari Kamis Wage tanggal 19 Maret 1903. Ibunya disapa mbok Senen,” ungkapnya.

Sebagai bukti bahwa WR Soepratman lahir di Dusun Trembelang, placenta miliknya ditanam di depan rumah. Sejak jaman dulu, ada keyakinan di masyarakat Jawa bahwa placenta harus ditanam di sekitar rumah saat bayi usai dilahirkan. Biasanya, selama 40 hari, tempat pemakaman placenta wajib diterangi dengan lampu teplok. “Bapaknya seorang tentara berpangkat sersan, tapi ketika ibunya melahirkan, bapaknya tidak ikut menunggui karena tengah bertugas,” jelas Darto.

img-20160708-152532-57876f8f3e23bd5b07ec61d1.jpg
img-20160708-152532-57876f8f3e23bd5b07ec61d1.jpg
Yang diingat Darto, rumah WR Soepratman merupakan bangunan sangat sederhana. Bila jaman sekarang, bisa dikatakan rumah kurang layak huni. Sebab, bentuk fisiknya berupa bangunan berdinding anyaman bambu dan beratapkan daun tebu. Tak ada sarana pendukung apa pun, bahkan bila akan ke Balai Desa Somongari, harus berjalan kaki menempuh medan yang berat. Maklum, cuma jalan setapak yang bisa dilalui. Untungnya, sang komponis dalam hitungan bulan telah diboyong ke Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun