Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Surga Kecil di Candi Gedong Songo, Bandungan

1 Juni 2016   19:00 Diperbarui: 2 Maret 2017   02:00 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serasa melihat Ambarawa dari awan (foto: dok pri)

Memasuki tahun 1908, seorang arkeolog warga Belanda bernama Van Stein Calefells melakukan penelitian di kawasan Candi Gedong Pitoe. Hasilnya, di tengah hutan yang penuh belukar, ditemukan dua buah bangunan candi lagi. 

Semenjak saat itu, nama Candi Gedong Pitoe diubah menjadi Candi Gedong Songo. Tahun 1928- 1928, pemerintahan Hindia Belanda sempat melaksanakan pemugaran secara keseluruhan, setelah kemerdekaan RI,  tahun 2009 pemerintah Indonesia juga memoles obyek wisata ini agar menjadi layak jual.

Emaknya langsung selfie di Candi Gedong III (foto: dok pri)
Emaknya langsung selfie di Candi Gedong III (foto: dok pri)
Saran untuk Pengelola

Setelah dua abad lebih Candi Gedong Songo ditemukan, kawasan ini masuk dalam Cagar Budaya yang hukumnya wajib dilestarikan sampai kapan pun juga. Pihak Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Semarang selaku pengelola, terus melengkapi obyek wisata murah tersebut dengan beragam fasilitas.  

Selain terdapat sedikitnya tiga gedung pertemuan untuk dimanfaatkan bagi rombongan berjumlah besar, juga tersedia ruang publik berikut panggung terbuka yang biasanya dipergunakan menggelar berbagai pertunjukan.

Bagi pengunjung mau pun turis asing yang ingin bermalam di kawasan Candi Gedong Songo, disediakan penginapan dari losmen yang harganya terjangkau seluruh lapisan masyarakat hingga bungalow bertarif ratusan ribu permalam. 

Untuk urusan perut, jangan khawatir, banyak warung makan murah yang buka sampai malam hari. Menu andalannya, sate kelinci yang harga perporsinya Rp 20.000 isi 10 tusuk. Rasanya ? Lumayan, mirip- mirip sate ayam Madura.

Ini menu andalannya (foto: dok pri)
Ini menu andalannya (foto: dok pri)
Selama hampir dua jam di kawasan wisata Candi Gedong Songo, sepertinya ada beberapa hal yang perlu disikapi pengelola. Kendati resminya areal ini dibuka sejak pk 07.00 – 17.00, namun, dengan seijin pengelola, pengunjung boleh bertandang hingga malam hari. 

Celakanya, sepanjang jalur pendakian menuju candi satu ke candi lainnya, lampu penerangan sangat minim. Tiang listrik serta bangunan tembok kecil yang harusnya berfungsi menjadi penerang, lampu- lampunya raib. Sulit membayangkan betapa gelapnya di malah hari.

Begitu pun keberadaan petugas keamanan, pos keamanan yang terletak di dekat pintu masuk, terlihat kosong. Baru setelah mendekati sore hari, muncul satu personil. Mengingat jarak satu candi dengan yang lain cukup jauh, harusnya ada penempatan pos keamanan paling tidak dua pos lagi. 

Sebagai langkah antisipasi, minimal satu jam sekali, petugas perlu melakukan patroli keliling. Selama dua jam berada di kompleks Candi Gedong Songo, tak terlihat petugas berkeliling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun