Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Reuni Akbar ala Warga Salatiga di Jakarta

21 Mei 2016   17:36 Diperbarui: 21 Mei 2016   17:54 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini menu makan siangnya (foto: dok pri)
Ini menu makan siangnya (foto: dok pri)
Didirikan Tahun 1980

Dalam catatan saya, Pawarsa didirikan tahun 1980, di mana gagasan tersebut dimaksudkan untuk menjembatani komunikasi warga Kota Salatiga di perantauan. Awalnya (kalau tak salah) bernama Foruk komunikasi Keluarga Salatiga dan Sekitarnya (Fokkus), baru di tahun 90 an menyandang nama Pawarsa. Para pendiri diantaranya Aziz Said , Roy Marten, alm Totok Mintarto dan tokoh- tokoh lain menganggap, silaturahim harus tetap terjaga kendati masing- masing saban hari selalu tenggelam dalam rutinitas kesibukan di ibu kota.

Meski banyak yang mendulang sukses di ibu kota, namun anggota Pawarsa tidak abai dengan keberadaan kota asalnya. Komunikasi tetap dijalin, baik dengan elemen masyarakat mau pun para pejabatnya. Keberadaan Pawarsa, secara perlahan diakui eksistensinya karena selain rutin menggelar Temu Dulur setiap tiga tahun sekali, mereka juga mengadakan bakti sosial di kampung halamannya seperti khitanan massal serta pemberian bantuan pendidikan terhadap anak tak mampu.

Para pejabat Salatiga memainkan permainan tradisional (foto: dok pri)
Para pejabat Salatiga memainkan permainan tradisional (foto: dok pri)
Seiring dengan semakin kuatnya Pawarsa Jakarta, belakangan kota- kota lain ikut membentuknya. Pawarsa Batam merupakan paguyuban paling aktif menggelar silaturahmi. Anggotanya yang berjumlah sekitar 1.000 orang, saban bulan mengadakan pertemuan rutin. Begitu pula aktifitas lainnya seperti piknik bersama, mau pun kegiatan sosial lainnya terus menggelinding.

Demikian sedikit catatan tentang Temu Dulur Solotigo 2016, usai hajatan ini, Pawarsa yang bermarkas di Jalan Zamrud B Nomor 1 Cilandak Permai, Jakarta Selatan rencananya akan kembali pulang kampung untuk menggelar khitanan massal yang biasanya diikuti sekitar 100 anak. Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangannya, keberadaan Pawarsa Jakarta mau pun kota lainnya layak diapresiasi. Berada di perantauan serta hidup nyaman, bukan berarti lupa dengan kampung halaman. Itulah gaya warga Salatiga. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun