Sebagai warga Kota Salatiga, secara pribadi saya mengapresiasi langkah-langkah pihak terkait yang masih keukeuh mempertahankan seni tradisional ini. Sekedar catatan, di Salatiga terdapat sekitar 30 grup reog yang secara rutin mengikuti berbagai hajatan. Meski di kalangan masyarakat perkotaan kerap menganggap kesenian reog maupun jatilan adalah kesenian ndeso yang hanya layak dikonsumsi rakyat pinggiran, Salatiga berpikir lain. Bila tak dirawat dengan baik, mungkin sepuluh tahun mendatang istilah reog tinggal dongeng pengantar tidur sibuyung. (*)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!