Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bus ESTO, Sarana Transportasi Zaman Kolonial yang Masih Bertahan

11 April 2016   17:34 Diperbarui: 11 April 2016   21:15 2624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga tahun 1930-an, Kwa Tjwan Ing yang sudah lelah berbisnis menyerahkan pengelolaan busnya kepada anaknya yang bernama Kwa Hong Po. Di tangan sang anaklah bus ESTO mencapai puncak kejayaan, sebab, perusahaan mampu melayani trayek Semarang, Solo, dan Magelang. Sayang, berkibarnya nama ESTO hanya bertahan kurang lebih 5 tahun. Akibat krisis ekonomi, banyak armadanya yang diambil alih oleh pihak lain. Terkait hal tersebut, tahun 1938 manajemen PO ESTO diambil alih Kwa Hong Biauw yang merupakan kerabat Kwa Hong Po.

[caption caption="Bengkel ESTO yang sekarang jadi garasi (foto: dok pribadi)"]

[/caption]Di tangan Kwa Hong Biauw, ESTO kembali berkibar. Celakanya, ketika Jepang menduduki Indonesia, armada ESTO juga jadi incaran pasukan Jepang. Beberapa unit bus ESTO sempat disita, termasuk truck-truck miliknya. Hingga Belanda kembali memasuki Indonesia, angin segar kembali bertiup sewaktu pihak Belanda menerbitkan “katabelece” yang bisa dimanfaatkan membeli bus- bus baru dengan harga murah. Begitulah sedikit perjalanan panjang salah satu perusahaan transportasi tertua di Salatiga. Sampai sekarang, ESTO tetap rutin menyusuri satu trayek, yakni Salatiga-Ambarawa.

Bus ESTO telah 92 tahun melayani penumpang, konon, bus ini termasuk kategori bus paling aman di dunia. Selama hampir satu abad beroperasi, hanya mengalami dua kali kecelakaan. Lantas bagaimana kabar bus ESTO sekarang? Berita terakhir, armada bus ESTO tinggal sekitar 6 unit. Meski sudah banyak mengalami perubahan akibat tergerus jaman, ada satu hal yang sama sekali tidak berubah, yakni jalannya tetap lambat bak siput. Prinsip alon-alon waton kelakon ataugremat- gremet waton slamet rupanyatetap jadi slogan andalan. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun