Hingga tahun 1930-an, Kwa Tjwan Ing yang sudah lelah berbisnis menyerahkan pengelolaan busnya kepada anaknya yang bernama Kwa Hong Po. Di tangan sang anaklah bus ESTO mencapai puncak kejayaan, sebab, perusahaan mampu melayani trayek Semarang, Solo, dan Magelang. Sayang, berkibarnya nama ESTO hanya bertahan kurang lebih 5 tahun. Akibat krisis ekonomi, banyak armadanya yang diambil alih oleh pihak lain. Terkait hal tersebut, tahun 1938 manajemen PO ESTO diambil alih Kwa Hong Biauw yang merupakan kerabat Kwa Hong Po.
[caption caption="Bengkel ESTO yang sekarang jadi garasi (foto: dok pribadi)"]
Bus ESTO telah 92 tahun melayani penumpang, konon, bus ini termasuk kategori bus paling aman di dunia. Selama hampir satu abad beroperasi, hanya mengalami dua kali kecelakaan. Lantas bagaimana kabar bus ESTO sekarang? Berita terakhir, armada bus ESTO tinggal sekitar 6 unit. Meski sudah banyak mengalami perubahan akibat tergerus jaman, ada satu hal yang sama sekali tidak berubah, yakni jalannya tetap lambat bak siput. Prinsip alon-alon waton kelakon ataugremat- gremet waton slamet rupanyatetap jadi slogan andalan. (*)