Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wedang Ronde Salatiga Pengusir Masuk Angin

10 Februari 2016   18:09 Diperbarui: 10 Februari 2016   18:16 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dandang kotak untuk menjerang air di ronde Jago (foto: bamset)"]

[/caption]

Keberadaan ronde Jago, memiliki sejarah cukup panjang. Dirintis sejak tahun 1964, bisa dikata, ronde Jago adalah pelopor wedang ronde di Kota Salatiga. Pada jaman dulu, warungnya menyatu dengan jamu Jago. Hingga perjalanannya, ternyata lebih laku wedang rondenya dibanding jamu. Karena susah menyebut nama, akhirnya masyarakat menyebutnya sebagai ronde Jago.

Ronde Jago sempat berhenti di tahun 1965, di mana saat itu negara tengah dirundung gejolak politik. Baru tahun 1968, ronde Jago kembali hadir di tengah masyarakat. Saat ini warung ronde tersebut dikelola oleh Joni dan Ivon, pasangan suami istri yang nota bene merupakan anak serta menantu perintis ronde Jago di Salatiga. Di tangan generasi penerus itu, pelayanan ronde Jago semakin profesional. Selain karyawannya selalu berseragam, penyajiannya juga relatif cepat.

Di ruangan yang tak begitu luas, nampak semua peralatan yang digunakan masih seperti tempo dulu. Dari mulai mangkok, dandang untuk menjerang air panas hingga stoples- stoples tempat kue, semuanya barang lawas. Di dinding, terlihat testimoni yang dibuat artis- artis ibu kota dipigura rapi. Sepintas saya lirik, ada yang dibuat oleh Roy Marten, Rudy Salam, Gogon, Dedy Mizwar hingga pakar kuliner Bondan.

[caption caption="Testimoni yang dibuat para artis (foto: bamset)"]

[/caption]

Rabu (10/2) saya sengaja bertandang ke ronde Jago, kebetulan Salatiga tengah gerimis. Pengunjungnya sekitar 30 an orang sehingga agak susah mencari tempat duduk. Usai memesan semangkok rinde, saya perhatikan, terdapat 11 item isi, meliputi kolang kaling, rumput laut, onde- onde besar kecil, buah pala, irisan jeruk kering, taburan kayu manis, agar- agar , kacang rebus dipadu cairan jahe.

Saat saya seruput, di lidah terasa agak pedas beraroma jahe dan kayu manis. Hingga cairan yang tak begitu manis itu mengalir ke tenggorokan melaju ke lambung, ada semacam kehangatan. Begitu pun dengan ondenya, meski kenyal ketika dipegang, ternyata lembut di mulut. Hanya memerlukan waktu lima menit, semangkok wedang ronde itu langsung berpindah ke lambung. Secara perlahan, tubuh mulai menghangat. Karena semua bahan terbuat dari herbal, otomatis selain berfungsi sebagai penghangat, wedang ronde tentunya juga menyehatkan.

Itulah sedikit gambaran tentang sensasi wedang ronde yang ada di Salatiga, kuliner khas kota ini memang menjadi pilihan konsumen yang ingin badannya hangat sekaligus sehat. Ibarat menikmati semangkok ronde, maka wes hewes hewes bablas angine. Kendati di kota lain mungkin bisa ditemukan minuman berbahan jahe, namun, untuk yang spesial seperti ronde Jago, sepertinya anda akan kesulitan menemukannya. Tak percaya ? Silahkan buktikan sendiri. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun