[caption caption="Pondasi calon jembatan di Desa Ujung- Ujung (foto: bamset)"]
Untuk Kota Salatiga sendiri, tol yang lagi dibangun melewati tiga kelurahan yakni Bugel, Kauman Kidul dan Tingkir Lor. Dengan total lahan yang tergerus mencapai 140.980 meter persegi, warga yang menerima ganti rugi berjumlah 235 kepala keluarga. Hingga sekarang, proses ganti rugi nyaris tanpa kendala yang berarti sehingga target pembangunan diprediksi bakal selesai tepat waktu.
Bagi pengguna jalan, mungkin sangat diuntungkan dengan keberadaan jalan tol Semarang- Solo yang bakal selesai di tahun 2017. Persoalannya, ada akibat yang harus ditanggung oleh masyarakat di Kabupaten Boyolali dan Kota Salatiga. Implikasi beroperasinya tol tersebut, saya perkirakan arus lalu lintas yang melewati dua kabupaten serta kota itu akan berkurang hingga 50 persen.
Bila tak memiliki kepentingan yang mendesak, nantinya pengguna jalan tol tak mungkin berbelok ke Boyolali mau pun Salatiga. Mereka lebih suka memacu pedal gasnya untuk sampai di tujuannya masing- masing. Apakah hal ini sudah diantisipasi oleh para petinggi di Boyolali dan Salatiga ? Susah menjawabnya. Sebab, dampak pengurangan arus lalu lintas akan mendera lini sosial, ekonomi serta pariwisata.
Semisal sekarang ini, pengguna jalan yang menempuh perjalanan dari Semarang menuju Solo atau sebaliknya masih mau mampir ke Salatiga sekedar membeli oleh- oleh mau pun menikmati kuliner. Apakah nantinya mereka akan melakukan hal serupa ? Demikian pula dengan sektor pariwisata, sepertinya angka kunjungan wisatawan juga bakal mengalami nasip serupa. Itulah konsekuensi pembangunan, tinggal cerdas- cerdasnya pemimpin di daerah untuk mensiasatinya. Kalau mereka abai, alamat tergerus kemajuan jaman.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI